Pengalihan yang juga termasuk dalam bagian restrukturisasi utang BUMN Karya itu, menurut Erick, bisa mengurangi utang empat perusahaan pelat merah yang menyentuh angka Rp130 triliun per akhir kuartal pertama 2023. "Terbukti hutang Himbara untuk yang Karya ini yang tadi Rp123 [triliun] itu, sekarang sudah di Rp70an [triliun]. Jadi, sudah turun. Nah, ini yang kita lagi rapikan,"
Dari pembicaraan itu juga memunculkan wacana perubahan strategi dukungan kepada BUMN Karya. Ke depan, dukungan dana BUMN Karya bukan lagi berdasarkan korporasi melainkan menjadi berbasis proyek (project based).
Upaya tersebut juga guna mencegah penyelewengan pinjaman yang tak seusai alokasi. Pasalnya, dia mengungkap jika perusahaan pelat merah itu disebabkan oleh pinjaman yang tak sesuai alokasi.
"Saya sudah rapat dengan Wamen Tiko dan Wamen Rosan dan kepala Himbara beserta BUMN Karya, kami akan dukung karya lagi, tetapi tidak berdasarkan korporasi melainkan berdasarkan project based. Itu, kan, dibayar secara multiyears. Jangan sampai aksi korporasi di atas nanti ada penyelewengan yang mestinya buat proyek ini tapi buat beli gedung, beli tanah, Itu yang problem, lho, di Karya" tutur Erick.
Dia juga menegaskan jika carut-marut perusahaan pelat merah ini sudah terjadi sejak lama, atau sejak sebelum dia menjabat sebagai menteri BUMN. " Sama ketika saya dikejar-kejar soal Istaka Karya, ini kenapa pak? Lho, itu kan proyek pembangunan jalan tol 2006-2007. Saya belum menterinya," tegas Erick.
(ibn/dhf)