Namun, imbal hasil obligasi 10 tahun Jepang naik lebih tinggi di tengah aksi jual global. Ini menjadi sebuah langkah yang juga menunjukkan bahwa trader masih bertaruh pada perubahan kebijakan BOJ, terlepas dari siapa yang akan yang menjadi pemimpin berikutnya.
Wakil Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihiko Isozaki pun menyanggah laporan tersebut, mengatakan bahwa pemerintah belum mendekati Amamiya. Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki sebelumnya berkomentar kepada wartawan pada Senin (06/02/2023) bahwa dia belum mendengar apa pun tentang nominasi pergantian jabatan di BOJ.
Amamiya sendiri tidak menanggapi pertanyaan dari wartawan mengenai apakah dia telah didekati untuk posisi tersebut.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida sebelumnya mengatakan pencalonan gubernur akan terjadi pada bulan Februari. Pemerintah juga akan menetapkan calon untuk dua posisi wakil gubernur.
“Peluang penolakan pada kebijakan moneter saat ini semakin tipis,” kata Toru Suehiro, kepala ekonom di Daiwa Securities, dalam sebuah laporan.
Jika pandangan tersebut berlaku di kalangan investor, yen kemungkinan akan tetap berada di bawah tekanan untuk saat ini bahkan jika BOJ yang dipimpin oleh Amamiya tidak mengesampingkan kemungkinan perubahan kebijakan.
“Amamiya adalah calon yang paling dovish di antara kandidat potensial,” kata Shinsuke Kajita, kepala strategi di Resona Holdings di Tokyo. "Dolar-yen dapat naik ke level tertinggi tahun ini di 134,77 karena perubahan tajam dalam kebijakan moneter tampaknya tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat meskipun Amamiya tidak akan dapat sepenuhnya mengeluarkan spekulasi perubahan kebijakan di masa depan."
Kuroda dijadwalkan untuk mundur sebagai gubernur pada 8 April setelah menjalani tugas terlama bank sentral dalam sejarahnya selama 140 tahun. Dia berperan penting dalam mendorong salah satu program stimulus moneter paling ambisius di zaman modern. Sementara itu, Amamiya telah menjadi tokoh kunci dalam membantu merancang kebijakan BOJ.
Amamiya yang berusia 67 tahun dan mantan Wakil Gubernur Hiroshi Nakaso ini dipandang oleh para ekonom sebagai dua kandidat terdepan untuk jabatan tersebut.
Indeks Topix Jepang naik moderat di tengah melemahnya yen, namun saham keuangan mengalami penurunan yang signifikan.
Ekonom Bloomberg Yuki Masujima mengatakan bahwa mengakhiri YCC, yang merupakan kebijakan BoJ untuk yield obligasi tenor 10 tahun dekat dengan 0%, akan menaikkan biaya kredit dan meperlambat pemulihan ekonomi.
"Dan Membuat inflasi yang berkelanjutan lebih sulit untuk dicapai," kata dia.
Wakil Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Seiji Kihara pada Minggu (05/02/2023) mengatakan pentingnya stabilitas dalam kebijakan keuangan dan ekonomi makro. Hal ini disampaikannya melalui siaran di NHK.
Dane Cekov, ahli strategi senior di Nordea Bank ABP di Oslo mengatakan bahwa investor asing perlu menyesuaikan kembali ekspektasi mereka tentang BOJ menghapus kebijakan ultra-longgarnya.
“Beberapa berharap pemerintah memilih seseorang dari kubu yang lebih hawkish, misalnya Nakaso,” katanya. "Dengan demikian, kita bisa melihat dolar-yen terus bergerak lebih tinggi ketika pasar Eropa dan AS dibuka."
(bbn)