Sementara itu, perjalanan dengan jet Angkatan Udara Rusia dilakukan beberapa hari setelah Menteri Pertahanan Sergei Shoigu berkunjung ke Pyongyang dengan jet serupa untuk menghadiri parade militer yang digelar oleh Kim Jong Un. Kala itu, Kim juga memamerkan senjata yang dimiliki negaranya.
"Ini tampaknya terkait dengan tindak lanjut kunjungan delegasi Shoigu dan kemungkinan merupakan kesepakatan yang dibuat dengan Kim [Jong Un]," kata NK News. Mereka menambahkan bahwa para analis "berspeksulasi bahwa keduanya bisa saja membuat kesepakatan senjata."
Korea Utara diketahui sedang berusaha untuk menghidupkan kembali perekonomiannya, sebagian besar dengan melanjutkan perdagangan dengan China dan menghindari sanksi internasional. Sementara itu PBB mengatakan Rusia baru-baru ini memulai kembali pengiriman minyak ke Korea Utara untuk pertama kalinya sejak 2020, menyusul dimulainya kembali ekspor biji-bijian yang sudah dilakukan sebelumnya. Tidak diketahui apa yang dikirim Korea Utara sebagai imbalan, akan tetapi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan analis independen merujuk pada amunisi dari persediaan yang telah dibangun Korea Utara di tengah ketegangan dengan Seoul.
Saat Shoigu menyelesaikan perjalanannya ke Pyongyang, AS menegaskan kembali kekhawatirannya bahwa Rusia sedang berusaha mengisi kembali cadangan amunisi yang habis karena perang di Ukraina.
"Kita telah melihat di masa lalu saat Rusia berusaha mendapatkan amunisi dari negara-negara seperti Korea Utara," kata Sekretaris Pers Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder dalam sebuah pengarahan pada 1 Agustus. "Ini menyoroti kesulitan yang dialami Rusia, dalam hal memasok dan menambah kembali amunisinya."
Barang paling jelas yang dimiliki Pyongyang dan dibutuhkan oleh Moskow adalah peluru artileri dan roket yang dapat digunakan Moskow dalam persenjataan era Soviet dalam perang di Ukraina. Kremlin telah menghabiskan persedianya dan berebut suplai senjata untuk perang yang sudah memasuki tahun kedua.
Karena ekonomi Korea Utara sangat kecil, penjualan sekitar US$250 juta akan sama dengan sekitar 1% PDB negara, yang disambut dengan baik oleh negara yang terputus dari sistem keuangan global karena sanksi internasional yang bertujuan menghentikan program senjata nuklirnya.
Pakar senjata Joost Oilemans mengatakan penjualan rudal balistik jarak pendek terbaru Korea Utara akan menjadi eskalasi yang cukup signifikan. "Kemungkinan akan segera diidentifikasi (jika diidentifikasi selama pengiriman) dan dikutuk sebagai pelanggaran dengan sanksi berat," tulisnya dalam email ke Bloomberg News.
Rusia telah menjelajahi depot senjatanya untuk mencari kendaraan lapis baja yang berfungsi "mengaktifkan kembali sejumlah peralatan yang sangat tua", seperti tank T-54 dan T-62. Dan kemungkinan memerlukan bantuan agar tetap bisa beroperasi.
"Korea Utara mungkin merupakan produsen suku cadang terakhir yang tersisa untuk jenis ini karena mereka masih punya inventaris yang besar," kata Oilemans.
Kim juga telah menunjukkan drone baru kepada Shoigu, tetapi tidak mungkin dibawa ke medan perang Ukraina dalam waktu dekat.
"Mereka belum berada di tahap sempurna," kata Yoon Sukjoon, seorang pensiunan kapten di angkatan laut Korea Selatan yang merupakan rekan senior di Institut Urusan Militer Korea.
Yoon menambahkan, Korea Utara tidak memiliki kapasitas produksi untuk memproduksinya dalam jumlah yang signifikan.
Akan tetapi apa pun alasan di balik kunjungan misterius itu, Rusia dan Korea Utara akan sadar bahwa mereka "semakin meyakinkan tudingan pemerintah AS bahwa kedua negara memiliki kesepakatan senjata," kata Rachel Minyoung Lee, manajer masalah regional di Open Nuclear Network yang berbasis di Wina, yang menjadi analis untuk Open Source Enterprise Central Intelligence Agency selama hampir dua dekade.
Lee menambahkan bahwa dia dikhawatirkan dengan negara-negara tersebut, yang "mungkin telah membahas kerja sama militer dalam tingkat yang lebih dalam" selama kunjungan Menteri Pertahanan Rusia.
"Tentu saja menunjukkan pada dunia bahwa keduanya saling mendukung lebih penting dari apa pun tujuan kunjungan Shoigu," katanya.
--Dengan asistensi dari Danny Lee.
(bbn)