Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Amerika Serikat (AS) mengirim tim penyelam untuk mengangkat ‘bangkai’ balon milik China yang diduga alat mata-mata (spionase). Balon tersebut ditembak oleh misil dari pesawat F-22 Raptor dan jatuh di wilayah perairan sekitar South Carolina.

Mengutip Bloomberg News, pemerintah AS memperkirakan bakal menemukan perangkat yang bisa mengambil gambar dan berbagai sensor lainnya, sebut seorang sumber. Para anggota Kongres AS mendesak untuk segera mengetahui isi balon tersebut.

Penyelam Explosive Ordnance Disposal Mobile Salvage dan Diving Unit 2 dari Marinir AS sudah diterjunkan ke lokasi. Operasi ini dipimpin oleh Komandan USS Carter Hall.

Kapal jelajah USS Philippine Sea dan USS Oscar Austin diperintahkan melakukan penjagaan dalam operasi. Dilibatkan pula kapal USCGC Venturous, USCGC Richard Snyder, dan USCGC Nathan Bruckenthal. 

Balon itu bukan balon sembarangan. Panjangnya mencapai dua kali lipat bus sekolah dengan sensor berada 15 meter di atas permukaan laut dan mampu memindai lebih dari 11 km. Kini tim penyelam dan katrol tengah mencoba mengangkat dan hasilnya bisa terlihat dalam beberapa hari depan. 

China mengklaim bahwa balon tersebut adalah alat penelitian cuaca yang keluar jalur dan masuk wilayah AS. Sementara Washington menyebut alat itu adalah perlengkapan spionase Beijing. 

Menurut sejumlah sumber, pemerintahan Presiden Joe Biden tengah mempertimbangkan untuk membalas.

Tensi mulai terlihat, pemerintah China mengencangkan nada mereka setelah pesawat F-22 Raptor menembak jatuh balon tersebut dengan satu tembakan misil. China menegaskan aksi itu “berlebihan” dan merasa berhak untuk merespons.

“China akan menjaga kepentingannya dan berhak melakukan respons lebih lanjut jika dibutuhkan,” tegas Wakil Menteri Luar Negeri China Xie Feng. Xie mengajukan protes diplomatik kepada Kedutaan Besar As di Beijing.

Bursa saham China merespons negatif perkembangan ini karena bisa berujung ke balas dendam ekonomi. “Bukan tidak mungkin kedua pihak saling menerapkan larangan ekspor, terutama produk teknologi,” ujar Iris Pang, Kepala Ekonom untuk Wilayah China di ING Groep NV, dalam risetnya.

Meski balon itu tidak lagi mengudara, tetapi kontroversinya masih jauh dari kata usai. Biden kemungkinan besar akan menyinggung hal ini dalam pidato State of the Union, sebut seorang sumber.

Kunjungan Blinken

Opsi lainnya adalah AS mengutus Menteri Luar Negeri Anthony Blinken ke China dengan pesan yang lebih tegas. Sebelumnya, Blinken dijadwalkan bertandang ke China tetapi kunjungan itu dibatalkan.

Sekarang, pemerintah AS mungkin perlu mempertimbangkan untuk kembali mengirim Blinken ke China. Sejumlah sumber mengungkapkan AS harus memberikan respons tegas. AS juga harus melakukan konfirmasi ke China karena ada data dukungan sejumlah perusahaan China terhadap Rusia dalam perang di Ukraina.

Sebelumnya, AS dan sejumlah negara berupaya membatasi akses China terhadap semikonduktor canggih. Meski belum ada upaya spesifik, tetapi sepertinya makin sulit bagi AS dan China untuk memperbaiki hubungan. Apalagi di AS, Biden harus berhadapan dengan House of Representatives yang dikuasai oleh kubu oposisi Partai Republik.

Pimpinan Mayoritas Senat Chuck Shumer (New York, Partai Demokrat), mengungkapkan Senat akan mendapatkan briefing pada 15 Februari agar pemerintah punya waktu untuk mengumpulkan berbagai data. “Intinya adalah menembak jatuh balon tersebut bukan hanya opsi yang paling aman, tetapi juga menjadi keunggulan intelijen,” sebut Schumer.

Balon seperti yang ditembak itu sejatinya bukan hal yang langka. Namun kali ini memang terbang terlalu rendah sehingga bisa terlihat oleh pilot komersial dan orang-orang di permukaan tanah. Umumnya balon semacam itu terbang di ketinggian lebih dari 80.000 kaki hingga maksimal 100.000 kaki.

Kubu Republik sudah memberi tekanan, dengan menyebut pemerintahan Biden lemah terhadap China dan tidak segera menembak jatuh balon itu. Pemerintah berdalih menembak langsung tidak aman karena balon itu akan jatuh dengan membawa perlengkapan berat.

(bbn)

No more pages