Lebih lanjut, Ditjen SDA juga telah menjalankan empat upaya non-struktural guna menekan dampak bencana kekeringan. Pertama yakni pengelolaan air dan pemberdayaan petani. Kedua, melakukan pengelolaan air dari waduk. Ketiga, pengelolaan air dari selain waduk. Adapun langkah keempat yakni pemanfaatan teknologi informasi dan kerjasama multipihak.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena iklim El Nino akan mencapai puncak pada Agustus-September 2023.
Menurut catatan BMKG, El Nino yang akan membawa musim kering tersebut, akan membawa dampak terhadap 669 wilayah di Indonesia. Dari 669 zona, saat ini 63% sudah masuk periode musim kemarau dengan perkiraan puncak pada Agustus—September.
Beberapa wilayah yang diprediksi mengalami penurunan curah hujan secara drastis antara lain Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Lampung, hampir seluruh wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
(ibn/ezr)