“Saya mikir gimana caranya bantuin lokal brand, gimana caranya mereka mengelola sosial medianya dengan harga yang terjangkau. Akhirnya aku coba pertemukan brand lokal ini dengan content creator lokal, yang follower-nya seribu hingga seratus ribu, dan akhirnya mereka gak perlu bayar satu tim. Tapi cukup bayar satu orang content creator. Akhirnya lahirlah Social Bread yang membantu banyak umkm dan brand lokal,” cerita Edho Zell dalam wawancaranya bersama Bloomberg Technoz.
Edho menerangkan bahwa Social Bread berawal dari bisnis agensi digital, namun sejak pandemi Covid-19 berkembang sebagai platform jasa paket hemat untuk para UMKM. Hal ini didasari atas banyaknya pemilik brand lokal merugi akibat kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Bahkan tidak sedikit dari UMKM harus gulung tikar karena minimnya transaksinya, efek dari Covid-19.
Ia mengungkapkan jika mengelola marketing dan brand sejumlah perusahan besar tentu dibutuhkan biaya yang lumayan mahal. Sedangkan tidak semua pelaku UMKM memiliki anggaran. Berangkat dari permasalah inilah, Social Bread membuat penawaran jasa medsos dan live shopping yang khusus menyasar pelaku UMKM.
“Membuat lebih murah dan menjadi platform yang mempertemukan brand lokal dan UMKM dengan content creator yang ongkosnya tentu jauh lebih murah. Sekarang kan kita start dari harga Rp5 juta [jasa per bulan] untuk pengelolaan social media dan live shopping Rp7,5 juta, dan itu live setiap hari selama sebulan. Itu sudah termasuk iPhone [perangkat live] kita yang sediain, internetnya, disain [studio], dan ada share profit 5% dari omzet yang terjadi saat online shopping,” jelas Edho.
Jasa layanan Social Bread, tegas Edho, terus berkembang. Menginjak tahun kedua, perusahaannya telah bekerja sama dengan lebih dari 500 pelaku UMKM dan brand lokal. Social Bread mengikat kerja sama dengan konsumennya dengan durasi enam bulan hingga satu tahun.
Edho menambahkan layanan Social Bread membuat pemilik brand lokal tidak perlu repot untuk menyewa agensi media sosial. Cukup dengan mendaftar di Social Bread, pelaku UMKM akan mendapatkan jasa kreator konten lengkap dengan host yang akan memandu live shopping.
“Omzetnya [Social Bread] kalau kotor ya lebih dari miliaran [rupiah] lah. Kalau brand lokal ya omzetnya live shoping ada yang tembus Rp1,9 miliar/bulan kalau elektronik ada yang Rp900 juta/bulan,” kata Edho.
Social Bread akan mengembangkan bisnis di berbagai kota, selain juga meluncurkan aplikasi. Hal ini bertujuan untuk mengakomodasi jumlah permintaan yang terus meningkat dari sejumlah pemilik brand lokal. Adapun kota yang menjadi target ekspansi bisnis Social Bread adalah Bandung, Semarang, Yogyakarta, Makassar, Medan.
“Kita bukan agency, kita platform dan kalau Gojek kan mempertemukan ojek dan penumpang. Kalau kita mau mempertemukan brand lokal dan profesional live shopper.
“Ke depan pastinya kita akan bikin aplikasi, malah sudah di-approve, cuma kita lagi nunggu App Store [toko aplikasi] juga. Kita juga segera mau raise fund (menggalang pendanaan) lagi untuk ekspansi ke tujuh kota di Indonesia. Kan sekarang cuma dua kota, yaitu Jakarta dan Surabaya. Nanti kita mau tambah biar jadinya nanti 9 kota,” kata dia.
(wep/roy)