Logo Bloomberg Technoz

Statistik itu memperlihatkan, ada tren penurunan produktivitas di sektor manunfaktur di mana porsi tenaga kerja di sektor tersebut makin banyak akan tetapi pada saat yang sama produksinya malah menurun. 

Pertumbuhan sektor manufaktur secara tahunan juga terus memperlihatkan perlambatan dari 4,7% pada 2010, turun jadi 3,45% pada 2021.

"Meski pada 2022 tumbuh hingga 4,89% itu karena faktor peningkatan permintaan pascapandemi dan efek basis rendah pada 2021. Secara umum, pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia selalu lebih rendah dibandingkan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional," kata Riefky. 

Tren itu mengancam visi Indonesia menjadi negara maju pada 2045 mendatang. Dari berbagai contoh historis di berbagai negara, transformasi ekonomi pesat sebuah negara dari miskin menjadi negara maju kuncinya adalah di sektor manufaktur.

Pasalnya, sektor manufaktur yang mengandalkan pemakaian mesin untuk produk bisa membantu negara miskin mengakomodasi produktivitas rendah tenaga kerja. Selain itu, produk manufaktur juga lebih banyak diperdagangkan secara bebas di level internasional ketimbang produk jasa.

"Industrialisasi juga berperan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas produksi, penciptaan lapangan kerja, peningkatan inovasi, dan optimalisasi penggunaan sumber daya," jelas Riefky.

Upaya pemerintah mengerek nilai tambah sektor manufaktur melalui hilirisasi sumber daya alam seperti nikel diharapkan dalam jangka panjang memberi kontribusi besar.

Akan tetapi, kebijakan proteksionisme RI melalui pelarangan ekspor bijih nikel dalam jangka pendek memakan biaya tidak sedikit. Meskipun dalam jangka panjang, manfaat dari kebijakan pelarangan bisa terealisasi selama investasi untuk industri hilir bisa terlaksana, kata Riefky. 

"Belajar dari sejarah praktik kebijakan larangan ekspor yang pernah diterapkan di Indonesia, proteksionisme harus dibarengi dengan kebijakan industri yang komprehensif untuk meningkatkan daya saing, mendorong pembangunan ekonomi, dan memitigasi potensi dampak negatif terkait larangan ekspor," jelas ekonom.

(rui/aji)

No more pages