"Kondisi pada 2023 tetap tumbuh meski beberapa di antaranya mengalami perlambatan. AS, China, dan Jepang tumbuh lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2023 dan kuartal II-2022," kata Edy.
Di sisi perdagangan, penurunan harga komoditas menyebabkan ekspor Indonesia turun. Batu bara, CPO, dan besi-baja harganya lebih rendah dibandingkan kuartal I-2023 dan kuartal II-2022.
Neraca perdagangan Indonesia, tambah Edy, tetap surplus. Pada kuartal II-2023, surplus neraca perdagangan adalah US$ 7,82 miliar.
Di dalam negeri, demikian Edy, mobilitas masyarakat meningkat. Pada kuartal II-2023, jumlah penumpang semua moda transportasi meningkat, juga kunjungan wisman dan perjalanan wisnus.
"Pada triwulan II, daya beli masyarakat meningkat. Penjualan mobil penumpang naik, sepeda motor naik. Kemudian terjadi pemberian THR lebaran dan gaji ke-13 bagi pegawai negeri. Penerimaan PPh 21 tumbuh 15,58% yoy," jelas Edy.
Kegiatan produksi, menurut Edy, tumbuh stabil. PMI berada di zona cukup bagus, di atas 50. Kapasitas produksi terpakai pada kuartal II-2023 adalah 74,88%.
Impor barang modal naik 13,51%, produksi mobil naik 4,48%, dan penjualan listrik naik 3,65%.
(aji)