Prospek ekonomi global pun dibayangi data yang kurang baik dari China dan kekhawatiran akan resesi AS. Selain itu, menurut Bloomberg Economics, Riyadh mungkin membutuhkan harga sebanyak US$100 per barel untuk menutupi pengeluaran pemerintah.
Pemangkasan Arab Saudi sendiri telah menurunkan produksi ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir. Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman sendiri sedang meninjau rencana pemangkasan setiap bulannya. Hal ini membuat pasar terus menebak-nebak tingkat pasokan minyak dari negara tersebut.
Hampir semua harga jual resmi ke Mediterania dan Eropa Barat Laut juga akan lebih tinggi, September mendatang. Minyak mentah Arab Light di Mediterania dinaikkan sebesar US$1 menjadi US$4,50 atau Rp68 ribu per barel lebih tinggi dari ICE Brent. Sementara harga untuk kelas yang sama ke Eropa Barat Laut dinaikkan sebesar US$2 menjadi premium $5,80 atau Rp87,8 ribu dari harga patokan.
Meski demikian, Aramco mempertahankan semua harga ke AS untuk bulan September. Aramco menjual sekitar 60% pengiriman minyak mentahnya ke Asia, sebagian besar di bawah kontrak jangka panjang, dengan harga yang ditinjau setiap bulan. Cina, Jepang, Korea Selatan dan India adalah pembeli terbesar.
--Dengan bantuan dari Sheela Tobben.
(bbn)