Setelah akuisisi tersebut, Arifin menyebut proyek Blok Masela kembali memiliki harapan untuk dilanjutkan. Setidaknya, pada 2030, blok gas tersebut diharapkan sudah dapat berproduksi secara optimal.
“Kami berharap 30 Desember 2029 Masela produksi, itu paling lambat. [...] Untuk bisa mencapai target [produksi gas nasional] yang diminta pemerintah, sekaligus mem-purpose revisi POD [plan of development/rencana pengembangan] tahap I,” terangnya.
Berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kapasitas gas pada Blok Masela bisa mencapai 9,5 juta ton gas alam cair (LNG) per tahun. Di Indonesia sendiri permintaan terhadap gas blok tersebut sudah mencapai 3 juta MT per tahun yang terdiri dari 2 juta MT dari PT PLN, dan 1 juta MT dari PT Pertamina.
Lapangan Gas Abadi Maseladiperkirakan bisa menghasilkan 35.000 barel kondensat per hari. Selain itu, blok ini digadang-gadang mampu memasok 150 juta kaki kubik gas alam per hari untuk memenuhi permintaan dalam negeri.
Pengembangan Blok Masela masih menggunakan PODlama yakni melalui skema onshore (darat). Namun, SKK Migas tak menutup potensi mempercepat produksi Blok Masela dengan pengembangan modular floating LNG (FLNG).
(wdh)