Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan Lapangan Abadi Blok Masela dapat mulai berproduksi selambat-lambatnya pada 30 Desember 2029, guna merealisasikan ambisi Indonesia untuk menghasilkan gas sebanyak 12 miliar standar kaki kubik (bscfd) pada 2030.

Menteri ESDM Arifin Tasrif tidak menampik produksi di Blok Masela bakal lebih lambat dari perkiraan setelah proyek tersebut terkatung-katung sejak 2020, akibat ‘dicampakkan’ oleh salah satu pemegang hak partisipasi atau participating interest (PI)-nya saat itu yaitu Shell Upstream Overseas Services Ltd.

“Sejak 2020 kan si Shell mundur, habis itu kan enggak ada progres siapa yang mau jadi partner untuk mengambil alih PI milik Shell. Makanya, kalau sudah lama tidak diisi, statusnya kan jadi enggak jelas,” ujarnya, Jumat (4/8/2023).

Bulan lalu, PT Pertamina (Persero) dan Petroliam Nasional Berhad (Petronas) resmi mengambil alih jatah PI Shell sebesar 35%, dengan pembagian masing-masing sebesar 20% dan  15%. Akusisi tersebut dilepas dengan nilai US$650 juta atau setara Rp9,75 triliun  (kurs Rp15.002/US$).

Adapun, transaksi divestasi tersebut direncanakan bakal dilunasi melalui dua kali termin pembayaran, yakni sebesar US$325 juta secara tunai dan tambahan US$325 yang akan dilunasi oleh konsorsium Pertamina dan Petronas saat final investment decision (FID).

Setelah akuisisi tersebut, Arifin menyebut proyek Blok Masela kembali memiliki harapan untuk dilanjutkan. Setidaknya, pada 2030, blok gas tersebut diharapkan sudah dapat berproduksi secara optimal.

“Kami berharap 30 Desember 2029 Masela produksi, itu paling lambat. [...] Untuk bisa mencapai target [produksi gas nasional] yang diminta pemerintah, sekaligus mem-purpose revisi POD [plan of development/rencana pengembangan] tahap I,” terangnya.

Berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kapasitas gas pada Blok Masela bisa mencapai 9,5 juta ton gas alam cair (LNG) per tahun. Di Indonesia sendiri permintaan terhadap gas blok tersebut sudah mencapai 3 juta MT per tahun yang terdiri dari 2 juta MT dari PT PLN, dan 1 juta MT dari PT Pertamina.

Lapangan Gas Abadi Maseladiperkirakan bisa menghasilkan 35.000 barel kondensat per hari. Selain itu, blok ini digadang-gadang mampu memasok 150 juta kaki kubik gas alam per hari untuk memenuhi permintaan dalam negeri.

Pengembangan Blok Masela masih menggunakan PODlama yakni melalui skema onshore (darat). Namun, SKK Migas tak menutup potensi mempercepat produksi Blok Masela dengan pengembangan modular floating LNG (FLNG).

(wdh)

No more pages