Studi Banding
Selain itu, Arifin mengatakan Kementerian ESDM juga akan mengevaluasi ongkos produksi gas di dalam negeri serta efisiensinya. Menurutnya, harga gas di tiap daerah bisa berbeda lantaran masing-masing lapangan gas memiliki karakter sendiri dengan ongkos produksi yang berbeda, tergantung lokasi.
“Misalnya kita kasih benchmark harga gas di Malaysia yang seiktar US$3—US$7 per MMBtu. Malaysia [bisa lebih murah] karena memang produksi gasnya tidak sepanjang dan seluas kita. Kemudian sumber dayanya banyak di Serawak. Kami sedang mempelajari bagaimana mereka bisa mendapatkan dan mengatur harga pada range yang demikian,” terangnya.
Selain mempelajari struktur biaya produksi gas di Malaysia, Arifin mengatakan pemerintah akan mengkaji hal serupa di Thailand, yang notabene banyak mengimpor gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) dari Myanmar.
Selanjutnya, pemerintah juga mengkaji ongkos produksi Vietnam yang banyak mengimpor gas dari Blok Tuna milik Indonesia.
“Blok Tuna itu kan offtake-nya ke Vietnam karena lokasinya dekat. Nah itu gas intake-nya ada di angka US$7—US$8 per MMBtu. Kita tetap harus evaluasi, optimalkan sebanyak mungkin gas kita untuk bisa menarik investasi masuk [agar harga gas di dalam negeri bisa lebih murah],” ujarnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengatakan implementasi kebijakan HGBT masih kerap menuai ganjalan.
Sejak 19 Mei 2023, HGBT mengalami penyesuaian dari US$6 per MMBtu, tergantung pada masing-masing sektor industri pengguna. Hal itu sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No. 91/2023 tentang Pengguna Gas Bumi Tertentu dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri.
Febri mengatakan hal tersebut menjadi persoalan utama dari implementasi kebijakan HGBT adalah harga gas bumi yang harus dibayarkan oleh industri penerima masih melebihi ketentuan.
Menurutnya, lebih dari 95% perusahaan yang ditetapkan sebagai penerima HGBT berdasarkan Kepmen ESDM No. 91/2023 masih menerima harga gas bumi di atas US$6 per MMBtu.
“HGBT terus naik setiap kali ada penetapan baru. Selain itu, HGBT yang diterima oleh perusahaan tidak seragam meskipun berada dalam satu wilayah yang sama. Contohnya, di wilayah Jawa Bagian Barat, PT Indo Bharat Rayon mendapat HGBT US$6,61 per MMBtu, PT Asahimas Chemical mendapatkan HGBT US$6,5 per MMBtu, sedangkan PT Trinseo Material USD6,73/MMBTU,” ujar Febri melalui siaran pers, Kamis (3/8/2023).
(wdh)