Kenaikan harga komoditas, terutama minyak dan pertambangan batu bara membuat harga saham-saham di atas berhasil menguat signifikan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada Juli kemarin pergerakan harga minyak tengah menyentuh level tertinggi sejak April seiring dengan tanda-tanda kekuatan ekonomi Amerika Serikat yang makin menguat yang meningkatkan prospek permintaan.
ICE Brent Futures parkir pada harga US$85,56 per barel pada 31 Juli atau sama dengan kenaikan 14,61% sepanjang Juli, efek pertumbuhan ekonomi AS yang melebihi ekspektasi pasar sebelumnya, bersamaan dengan meningkatnya spekulasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mendekati akhir dari siklus pengetatan moneternya.
Adapun minyak secara luas menguat sejak Juni, ditopang oleh pemotongan pasokan dari Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutunya untuk membantu menguras persediaan minyak global, serta tanda-tanda bahwa ekspor minyak mentah lintas laut Rusia terjadi penurunan, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Sementara itu harga komoditas batu bara pada penutupan perdagangan Juli berhasil parkir di zona hijau. Harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$137,3/ton. Melonjak 2,12% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Secara fundamental, kenaikan harga batu bara akan ditopang oleh tingginya permintaan. International Energy Agency (IEA) mencatat konsumsi batu bara pada 2022 naik 3,3% menjadi 8,3 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah.
Tahun ini, konsumsi batu bara diperkirakan bertahan di kisaran itu seiring dengan tingginya permintaan di Asia. China, India, dan Asia Tenggara akan menyumbang sekitar sepertiga dari total konsumsi batu bara dunia pada 2023.
(fad/ezr)