Hasil panen Ukraina masih bisa sampai ke pasar melalui rute lain, akan tetapi biaya transportasinya lebih tinggi dan dapat menunda waktu tanam berikutnya yang seharusnya dilakukan dalam beberapa bulan ke depan. Pada akhirnya, pasokan global dalam jangka panjang pun terancam.
Ukraina dapat mengirimkan hasil panen lewat pelabuhan sungai Danube yang lebih kecil, ditambah dengan transit kereta api dan jalan raya melalui perbatasan Uni Eropa. Inilah yang menambah biaya.
Adapun pelabuhan Danube hanya dapat menerima kapal yang lebih kecil, sehingga volume pun harus dikurangi. Sementara pengiriman biji-bijian menggunakan kereta api yang melintasi perbatasan diperlambat oleh rel dengan ukuran berbeda-beda.
Pengiriman alternatif tersebut juga telah menyebabkan ketegangan dengan negara-negara tetangga Uni Eropa yang menyebut bahwa biji-bijian yang masuk melalui ekspor telah merugikan petani lokal mereka karena menekan harga.
Polandia, Slovakia dan Hungaria, bersama dengan Bulgaria dan Rumania telah melarang pembelian komoditas biji-bijian Ukraina setelah protes dari para petani lokal.
Apakah Danube aman?
Danube tak luput dari serangan Rusia. Teranyar, drone Rusia menyerang pelabuhan Ukraina di Sungai Danube, Rabu (2/8/2023). Serangan itu merusak fasilitas penyimpanan biji-bijian, tangki bahan bakar, dan gedung administrasi di wilayah Odesa di Ukraina bagian barat daya.
Serangan itu menghantam Izmail, salah satu terminal sungai terbesar Ukraina di dekat perbatasan dengan Rumania. Sebelumnya, ada pula serangan serupa di wilayah Reni.
Reni dan Izmail adalah salah satu pelabuhan sungai terbesar di Ukraina untuk biji-bijian dan terletak di sungai Danube di perbatasan dengan Rumania.
“Pelabuhan ini adalah harapan terbesar bagi Ukraina untuk mengekspor biji-bijian dan biji minyaknya,” kata analis Rabobank Carlos Mera.
“Ukraina dapat mengekspor hingga 2,5 juta ton biji-bijian dan biji minyak per bulan melalui pelabuhan-pelabuhan ini […] Tidak jelas berapa banyak kerusakan yang terjadi dan apakah Rusia akan sering melakukan serangan di masa depan.”
Bagaimana respons AS?
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang memimpin debat PBB tentang upaya memerangi kelaparan global, Kamis, menyebut Rusia mengganggu aliran makanan dunia dengan perang yang kini berlangsung di Ukraina dan penarikan dari kesepakatan biji-bijian internasional.
“Setiap anggota dewan ini, setiap anggota PBB, harus memberi tahu Moskow. Cukup,” kata Blinken. “Cukup menggunakan Laut Hitam sebagai pemerasan. Cukup mempertaruhkan orang-orang yang rentan di dunia. Cukup dengan perang yang tidak dapat dibenarkan dan tidak masuk akal ini.”
Dmitry Polyanskiy, wakil duta besar Rusia untuk PBB kemudian membalas Blinken dalam debat tersebut.
"Yang menggerakkan Anda hanyalah keinginan untuk menghukum Rusia," kata dia.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan, harga biji-bijian dunia dapat meningkat 15% setelah Rusia menarik diri dari kesepakatan Laut Hitam ini.
“Sangat jelas bahwa kesepakatan biji-bijian Laut Hitam sangat berperan dalam memastikan bahwa ada banyak pasokan biji-bijian ke dunia pada tahun lalu,” kata Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas 25 Juli lalu.
(bbn)