Logo Bloomberg Technoz

Pembenahan unitlink melalui Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/SEOJK.05/2022 tentang Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (SEOJK PAYDI), melarang perusahaan asuransi jiwa menempatkan dana di reksa dana, kecuali reksa dana dengan underlying asset berupa Surat Berharga Negara. 

Adapun, penempatan dana investasi unitlink di saham hanya boleh dilakukan oleh perusahaan asuransi sendiri. Atau, bila diserahkan pengelolaannya pada MI, maka itu harus dalam bentuk Kontrak Pengelolaan Dana (discretionary fund) di mana namanya tercatat atas nama asuransi sehingga perusahaan asuransi mengetahui isi sahamnya apa saja.

Aturan itu pada akhirnya banyak mendorong perusahaan asuransi penjual unitlink melepaskan (redemption) dana investasi di reksa dana, terutama untuk produk reksa dana saham.

Beberapa MI yang banyak terafiliasi dana kelolaan unitlink akhirnya juga terdesak memutuskan, apakah menempuh strategi baru termasuk sisi pemasaran supaya dana kelolaan bisa terus tumbuh setelah 'ditinggalkan' oleh duit dari unitlink, atau memilih strategi sebaliknya yaitu berbalik badan membubarkan reksa dana karena dinilai tidak sesuai pola bisnis perusahaan.

Pembubaran beberapa reksa dana yang dikelola oleh FWD Asset Management, perusahaan pengelolaan investasi yang banyak mengelola unitlink karena memiliki afiliasi dengan FWD Insurance, menjadi fenomena termutakhir dari gelombang penutupan reksa dana yang otomatis menggerus nilai dana kelolaan manajer investasi. Selama setahun terakhir, perusahaan telah kehilangan 16,43% nilai dana kelolaan dengan posisi terakhir Rp2,01 triliun.

Mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan, sampai Juli pekan kedua, nilai aktiva bersih industri reksa dana mencapai Rp517,93 triliun, mencatat kenaikan hampir 2% dibandingkan akhir Juni dan menjadi yang tertinggi sejak akhir 2022. 

Tren penjualan reksa dana masih berlanjut melampaui laju pembelian (Div. Riset Bloomberg Technoz)

Akan tetapi, posisi tersebut masih belum mampu mengembalikan nilai penurunan dana kelolaan selama 2022 lalu yang anjlok Rp73,6 triliun akibat adanya redemption besar-besaran senilai hampir Rp80 triliun.

Tren penurunan juga bertahan sejak Januari—April 2023 dengan tren pencairan dana atau redemption yang terus melampaui angka subscription, sebelum akhirnya pada Mei mulai beringsut naik lagi.

Tergusur dari puncak

Perusahaan asset management yang berinduk di Kanada, Manulife Aset Manajemen Indonesia, sekian lama bertahan sebagai jawara di jajaran 10 besar MI dengan dana kelolaan terbesar.

Pada akhir 2022 ketika gelombang redemption menggerus dana kelolaan industri dalam nilai signifikan, Manulife masih bertahan di posisi satu MI dengan asset under management paling kakap, sebesar Rp45,6 triliun. 

"Bila melihat datanya memang terjadi pergeseran dan pertukaran posisi [manajer investasi terbesar]," kata Dandhi Nur Prastiyo, Analyst Infovesta Kapital Advisori kepada Bloomberg Technoz.

Peta penguasa industri reksa dana MI kakap (Div. Riset Bloomberg Technoz)

Enam bulan berlalu, nilai AUM Manulife tergerus lebih dari Rp8 triliun, dengan posisi terakhir sebesar Rp37,18 triliun per 27 Juni, menurut data Infovesta Utama yang diterima oleh Bloomberg Technoz. Angka itu merupakan nilai dana kelolaan di luar reksa dana penyertaan terbatas (RDPT).

Pada saat yang sama, Bahana TCW Investment Management, manajer investasi pelat merah, berhasil menyodok posisi satu dengan nilai dana kelolaan Rp43,83 triliun. Sedangkan bila menyertakan aset reksa dana penyertaan terbatas, nilai AUM Bahana mencapai Rp44,86 triliun per 27 Juni 2023.

Di urutan ketiga MI kakap adalah Syailendra Capital dengan nilai dana kelolaan Rp32,93 triliun, naik dari Januari lalu yang masih Rp30,43 triliun.

Bila menyertakan dana RDPT, posisi ketiga dihuni oleh BRI Manajemen Investasi, dahulu bernama Danareksa Investment Management, yang mengelola dana Rp36,9 triliun. Sedang bila tanpa menyertakan RDPT, BRI Manajemen Investasi posisinya ada di peringkat delapan MI terbesar di Tanah Air.

MI yang memiliki profil serupa FWD AM seperti Eastspring yang satu payung usaha dengan perusahaan asuransi Prudential, mencatat nilai AUM sebesar Rp9,06 triliun per 27 Juni lalu. Angka itu telah berkurang dari posisi Januari sebesar Rp10,49 triliun. Eastspring ada di peringkat 16 dari 20 MI terbesar di Indonesia.

10 Manajer Investasi Reksa Dana Terbesar (Div. Riset Bloomberg Technoz)

Mandiri Manajemen Investasi, mencatat penurunan nilai AUM menjadi Rp27,57 triliun. Sementara bila menyertakan RDPT, nilai dana kelolaan sister company perusahaan asuransi AXA Mandiri itu mencapai Rp30,78 triliun. Sebagai perbandingan, akhir 2022 lalu, MMI masih mengelola sekitar Rp34,1 triliun. Mandiri kini berada di peringkat ke-10 manajer investasi dengan dana kelolaan besar.

Sinarmas Asset Management, yang sama-sama dimiliki oleh Grup Sinarmas (Sinar Mas Multiartha) bersama dengan Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG -perusahaan joint venture dengan grup asuransi besar Jepang Mitsui Sumitomo InsuranceCo, juga mencatat penurunan nilai AUM.

Pada Januari lalu, Sinarmas AM masih memiliki dana kelolaan Rp31,87 triliun, di peringkat lima. Namun, per Juni lalu, AUM perusahaan susut menjadi Rp30,83 triliun.

Perlu ubah strategi

Menurut Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, agar tetap bisa menarik dana kelolaan baru, MI sebaiknya beradaptasi cepat dengan perkembangan terkini misalnya mengoptimalkan pemasaran melalui jalur perusahaan teknologi finansial (tekfin/fintech) untuk menarik nasabah baru sehingga dana kelolaan masih berlanjut tumbuh ketika dana unitlink banyak yang dipaksa 'angkat kaki'.

"MI bisa milih tetap tradisional dengan jual sendiri atau kerja sama dengan bank seperti biasanya atau menambah jalur pemasaran dengan fintech, misalnya, menyasar investor ritel," jelas Wawan.

Fintech saat ini mencatat nilai pertumbuhan AUM reksa dana yang cukup stabil dengan nilai mencapai Rp28,64 triliun. Pertumbuhannya cukup pesat mengingat pada 2019 lalu nilainya baru Rp2,23 triliun atau naik 10 kali lipat hanya dalam rentang waktu tak sampai 5 tahun. 

Risiko bagi investor

Investor yang terpaksa menelan rugi karena mendadak reksa dananya dibubarkan di tengah jalan, mau tidak mau harus legawa menerima kerugian. 

Supaya bisa terhindar dari kejadian serupa di masa depan, ada beberapa tips penting yang perlu diterapkan oleh investor reksa dana sebelum memutuskan berinvestasi di sebuah reksa dana. Berikut saran dari Infovesta Utama.

Pertama, prinsip people berarti seorang investor reksa dana perlu melihat siapa orang-orang di balik pengelolaan reksa dana tersebut. Informasi itu termuat dalam prospektus reksa dana yang wajib dibaca sebelum memutuskan berinvestasi di sebuah kontrak kolektif. Apakah orangnya memiliki rekam jejak yang bagus sebagai seorang pengelola dana, jam terbangnya seperti apa dan sebagainya.

Kedua, prinsip process. Ini berarti investor perlu memperhatikan bagaimana MI menerapkan strategi pengelolaan dana investasi. Idealnya, reksa dana dikelola secara efektif oleh tim dengan standar prosedur yang jelas sehingga tidak bergantung pada keberadaan satu dua orang MI saja.

"Jadi, sekalipun pengelolanya berganti, strateginya tetap sejalan," ujar Wawan.

Ketiga, prinsip parent. Siapa induk usaha manajer investasi tersebut, apakah BUMN, grup global, atau siapa?

Hal itu penting karena ketika ada masalah di tengah jalan, posisi induk usaha sangat menentukan solusi yang diambil.

"Pada beberapa kasus ketika ada produk bermasalah, induk usaha yang pasang badan atau ambil alih agar tidak sampai merugikan investor demi menjaga kepercayaan investor juga. Itu yang terlihat saat ada kasus dulu di Sinarmas [Asset Management], MNC juga Samuel Asset Management," kata Wawan.

Terakhir, prinsip performance. Performa historis reksa dana penting menjadi pertimbangan investor sebelum memutuskan berinvestasi. Investor bisa melihat prospektus, fund fact sheet juga membandingkan dengan performa benchmark atau indeks yang menjadi acuan reksa dana.

Jumlah investor reksa dana saat ini masih mendominasi total pemodal di pasar modal.

Data Kustodian Sentral Efek Indonesia mencatat, dari total investor di pasar modal domestik sebanyak 11,22 juta single investor identification (SID), sebanyak 10,5 juta adalah investor reksa dana. Adapun investor saham dan surat berharga lain mencapai 4,8 juta SID.

OJK melaporkan, sampai Juli 2023, Nilai Aktiva Bersih reksa dana mencapai Rp514,53 triliun, naik Rp9,67 triliun dibandingkan posisi akhir 2022. 

(rui/wdh)

No more pages