Logo Bloomberg Technoz

Insinyur lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini adalah perancang Longspan Kuningan saat perusahaan tempatnya bekerja, PT Cipta Graha Abadi, bekerja sama dengan kontraktor LRT Jabodebek, Adhi Karya.

Hal ini sekaligus membantah anggapan jembatan melengkung sepanjang 148 meter dengan radius 115 meter tersebut adalah produk "salah desain".

Dalam wawancara tertulis dengan Bloomberg Technoz, Arvilla mengungkapkan sejak awal LRT Jabodebek butuh desain jembatan melengkung yang bisa kuat, dan efektif pada penggunaan lahan dan biaya.

Pembanguna LRT tampak dari udar. (dok Adhi)

Berikut petikan wawancara Arvilla Delitriana dengan Bloomberg Technoz, Kamis (3/8/2023).

Pada fase awal, bagaimana gambaran konstruksi yang diberikan Adhi Karya kepada tim pembangun Longspan Kuningan?

[Desain] yang disampaikan oleh Adhi Karya adalah alinyemen [alignment atau penyelarasan] yang sudah terintegrasi dengan seluruh track LRT Jabodebek. Desain alinyemen tersebut dilakukan oleh konsultan yang kompeten di bidangnya dan sudah disetujui DJKA Kemenhub [Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan]. Selain itu disampaikan juga, kriteria desain yang mencakup segala hal yang terkait dengan kebutuhan desain jembatan untuk LRT.

Kementerian BUMN menyebutkan desain longspan berbeda dengan spesifikasi kereta LRT. Apakah Anda dan tim juga mendapatkan spesifikasi dan data detail kereta yang akan melintas?

Ya. Kami mendapat spesifikasi detail terkait dengan kereta yang akan melewati jembatan. Berat, kecepatan, konfigurasi, dan lain-lainnya.

Namun, kemudian dikatakan desain longspan yang kurang lebar menyebabkan kereta LRT harus menurunkan kecepatan. Sejak awal, berapa perhitungan kecepatan kereta saat melintasi jembatan lengkung kuningan?

Kecepatan LRT dibatasi sesuai dengan radius track. Jembatan mengikuti posisi track. Sejak awal desain, kami menerima kriteria kecepatan dari LRT, maksimum adalah 35 km/jam.

Kereta Lintas Raya Terpadu (LRT) Jabodebek melintas di kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (14/6/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Apakah sebenarnya mungkin konstruksi Longspan Kuningan memiliki badan yang lebih lebar? Jika bisa, kenapa tak dilakukan?

Tidak. Karena strukturnya harus diubah dan harus juga merubah alinyemen yang bisa dipastikan akan memengaruhi track di luar longspan itu sendiri. Hal ini akan sangat berkaitan dengan pembebasan lahan dan mengenai bangunan atau gedung eksisting di sekitarnya.

Berarti apakah benar desain Longspan Kuningan dibuat lebih ramping karena persoalan pembebasan lahan, dampak pada kegiatan sekitar dan beban biaya?

Dengan radius lebih besar, akan banyak bangunan eksisting yang kena. Ada pembebasan lahan yang mengenai lebih banyak bangunan eksisting. Untuk itulah konsep desain alinyemen sebisa mungkin berada di lokasi yang "bebas". Dengan demikian, di beberapa titik memerlukan alinyemen melengkung dengan radius kecil seperti Longspan LRT Kuningan.

Sebelum pembangunan, apa saja yang menjadi pertimbangan Anda saat melihat kondisi perempatan Kuningan dan kebutuhan pembangunan jalur kereta LRT Jabodebek?
Desain yang diusulkan harus bisa mengakomodir keterbatasan lahan untuk penempatan kolom penyangga jembatan atau pier, baik posisi maupun dimensinya. Begitu juga metode pelaksanaan jembatan yang harus dapat mengakomodir persyaratan tidak boleh menggangu lalu lintas di jalan yang berada di bawahnya [Jl Gatot Soebroto dan Jalan Tol Dalam Kota].

Bagaimana Anda dan tim bisa menemukan ide membuat jalur kereta yang sangat melengkung tanpa tiang penyangga pada bagian tengahnya?

Bentuk yang melengkung dari desain alinyemen track, harus dapat diakomodasi oleh struktur jembatan yang mengikuti bentuk track tersebut. Banyak hal teknis yang harus dipertimbangkan terkait sifatnya yang berbeda dengan jembatan lurus.

Kami menuangkan ide untuk mendesain jembatan yang kuat dalam masa pembangunan serta masa layanannya, dan tidak mengganggu dua lapis lalu lintas yang berada di bawah jembatan tersebut. Hal ini yang mendasari untuk tidak ada pilar di antara jalan tol di bawahnya. Karena pembangunan pondasi dan pilar di posisi tersebut akan mengganggu lalu lintas dan struktur elevated toll yang sudah lebih dahulu ada. Selain itu, menerapkan metode kantilever dalam pelaksanaannya, sehingga tidak ada pekerjaan di tengah bentang yang mengganggu aktivitas di bawahnya.

Kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) berhenti di Stasiun LRT Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (28/6/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Apakah Anda sebelumnya sudah pernah membangun jembatan atau jalur serupa yang menjadi referensi konstruksi Longspan Kuningan?

Referensi konstruksi serupa sudah pernah kami desain di Jembatan Layang Khusus Busway ruas Adam Malik (Ciledug). Namun, bentangnya tidak sepanjang LRT Kuningan.

Bagaimana perhitungan sebuah jembatan melengkung tetap kuat tanpa penyangga pada bagian tengah?

Kami menghitung secara bertahap dan meyakinkan setiap tahapan konstruksi, semua kekuatan struktur terpenuhi, dengan mengandalkan kekuatan beton, tulangan baja dan post tension.

Apakah benar desain Anda saat itu harus berhadapan dengan tiga desain dari perusahaan konsultan, salah satunya Systra asal Prancis? Apa yang membedakan desain Anda?

Benar. [Hal] yang membedakan adalah desain kami dapat meminimalisasi gangguan di bawahnya dengan biaya yang optimal.

Pada saat pengerjaan, apakah pernah ada masalah atau komplain sehingga melakukan perubahan pada rencana atau desain?

[Isu] yang kami hadapi adalah kondisi lapangan yang dinamis, karena setiap tahapan pelaksanaan akan memberikan tambahan beban yang harus selalu diperiksa kesesuaiannya terhadap desain. Tidak ada penyesuaian yg sifatnya mayor. Hanya sebatas penyesuaian posisi kabel post tension yang bersinggungan dengan tulangan. Penyesuaian geometris juga sangat minim. Masih dalam batas toleransi desain.

(frg/wdh)

No more pages