Hassana Boga juga menerbitkan Waran Seri I sebanyak 510 juta lembar. Waran diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham baru dengan rasio 1:1. Artinya, setiap pemegang satu saham baru NAYZ memperoleh satu Waran Seri I. "Dimana setiap satu Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru perseroan yang dikeluarkan dalam portepel," tulis manajemen perseroan dalam prospektus.
Dana IPO total Rp 51 miliar akan digunakan sebanyak Rp 4,2 miliar sebagai belanja modal atau pelunasan atas pembelian tanah di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Tanah akan digunakan Hassana Boga untuk pembangunan pabrik.
Kemudian, Rp 30 miliar dana IPO untuk pembangunan pabrik pada kuartal I-2023, juga pembelian mesin dan peralatan pabrik yang akan berlangsung kuartal IV-2023. Sisa dana dialokasikan Hassana Boga untuk pembelian bahan baku, marketing dan promosi, dan biaya operasional.
Dalam pembukaan perdagangan Lutfiel Hakim, Direktur Utama NAYZ mengatakan, "ini adalah stepping awal yang sangat penting bagi NAYZ, Mendorong kami akan menjadi lebih besar, dan mendorong kami untuk meraih apa yang kami cita-citakan sesuai visi misi kami.”
Lutfiel Hakim menambahkan, Hassana Boga siap menjadi perusahaan Indonesia yang menginspirasi kehidupan manusia, dengan makanan yang halal, sehat, dan bergizi seimbang.
Sementara itu, Direktur BEI, I Gede Nyoman Yetna memaparkan bahwa, “perhatikan semua rencana-rencana ke depan, pastikan Perseroan tetap berinovasi, dan tetap dinamis dalam kondisi saat ini. Jangan menunggu besar untuk go public, namun jadilah besar dengan go public.”
Saat ini, kepemilikan saham Hassana Boga terbagi menjadi, PT Hassana Investa Utama sebanyak 40,78%, PT Asiavesta Investama Jaya sebanyak 19,61%, Achmad Machlus Sadat sebanyak 15,69%, PT Nusa Perkasa International sebanyak 3,92%, dan masyarakat sebanyak 20%.
(fad/wep)