Angka terbaru membuat investor terkejut dan bereaksi pada pasar saham. Apple turun 3,2% dalam perdagangan yang diperpanjang. Namun sepanjang tahun saham Apple telah naik 47% lewat serangkaian sentimen perkembangan teknologi yang lebih luas.
Jika penurunan saham berlanjut pada perdagangan reguler Jumat (4/8/2023) waktu setempat, Apple berisiko kehilangan valuasi US$3 triliun, dan menjadi sejarah yang dicapai pada bulan Juni.
Dalam perbincangan dengan para analis, eksekutif Apple menjelaskan kinerja perusahaan dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang asing. Dolar yang lebih kuat telah mengurangi pendapatan perusahaan, yang sebagian besar berasal dari luar negeri.
Maestri, bersama dengan Chief Executive Officer (CEO) Tim Cook, menekankan bahwa penjualan akan meningkat secara tahunan saat nilai tukar mata uang dipertahankan.
Namun, laporan tersebut menunjukkan bahwa iPhone sebagai produk paling prestise tidak terhindarkan dari laju penurunan, yang mengguncang para pesaing dan mitra.
Qualcomm Inc, pembuat chip smartphone dan pemasok iPhone, juga telah mengalami lesu permintaan. Catatan pendapatan Qualcomm tak sesuai harapan hingga berdampak pada harga saham, Rabu waktu setempat, sebelum laporan kinerja Apple.
Apple pada kuartal terakhir tidak memiliki banyak produk baru yang akan dirilis, kecuali update pada komputer desktop kelas atas dan MacBook Air dengan ukuran lebih besar. Kuartal ini akan menjadi berbeda dengan perilisan iPhone 15 dan Apple Watches terbaru.
Penjualan iPhone, sebagai ‘mesin uang’ terbesar Apple, turun 2,4% menjadi US$39,7 miliar pada kuartal ketiga, dibandingkan dengan perkiraan US$39,8 miliar. Secara khusus, para eksekutif Apple mengakui bahwa pasar smartphone sedang mengalami perlambatan, terutama di AS.
- Dengan asistensi Tom Giles dan Ian King
(bbn)