Harga minyak telah pulih baru-baru ini dan mencapai tertinggi tiga bulan di atas US$85 per barel awal pekan ini di London, karena pemulihan permintaan bahan bakar pasca-pandemi, dikombinasikan dengan pembatasan produksi oleh negara-negara OPEC+, yang mulai memperketat pasar minyak mentah dunia.
Namun dengan prospek ekonomi yang masih dibayangi oleh data ekonomi China yang lesu dan kekhawatiran resesi di AS, Riyadh tidak menunjukkan tanda-tanda mengendurkan pengetatan produksinya.
Selain itu, negara kerajaan mungkin menginginkan harga minyak mencapai US$100 per barel untuk menutupi pengeluaran pemerintah, menurut Bloomberg Economics.
Brent futures melonjak sebanyak 2,1% setelah pengumuman Saudi pada Kamis (03/08/2023), diperdagangkan mendekati US$85 per barel.
Keputusan untuk memperpanjang pengurangan produksi sejalan dengan ekspektasi para trader dan analis yang disurvei Bloomberg pekan lalu.
Saudi mengumumkan pemotongan ekstra 1 juta barel per hari awal musim panas ini sebagai langkah sepihak, dengan sebagian besar anggota koalisi OPEC+ lainnya sudah memproduksi di bawah target yang ditetapkan dan tidak mungkin bagi mereka mengurangi pasokan.
--Dengan asistensi Nayla Razzouk.
(bbn)