“Harga beli Bulog Rp5.000/kg itu terlalu rendah, saya bicara gabah kering panen ya. Itu harganya terlalu rendah karena biaya produksinya lebih dari itu. Perhitungan AB2TI, harga GKP itu sudah Rp5.667/kg, sehingga penetapan Rp5.000/kg itu terlalu rendah,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (3/8/2023).
Dwi mengatakan sebenarnya sudah sejak Desember 2022, tidak ada lagi GKP yang dijual dengan harga Rp5.000/kg di tingkat petani. Rerata harga gabah di hulu sudah mencapai kisaran Rp6.000/kg—Rp6.200/kg.
Dengan besaran HPP yang diberikan hanya Rp5.000/kg kepada Perum Bulog (Persero), Dwi mengatakan perusahaan pelat merah itu akan makin kesulitan untuk menunaikan tugas penyerapan beras dalam negerinya sebanyak 2,4 juta ton pada tahun ini.
“Makanya serapan Bulog itu selalu rendah. Usulan kami, HPP segera dinaikkan lagi untuk kedua kalinya, sebagai antisipasi El Nino. Berkali-kali saya bilang, kita bicara data saja bahwa El Nino ini menurunkan produksi sekitar 5% untuk padi. Maknanya apa? Penurunan 5% itu setara dengan 1,5 juta ton beras. Jadi, produksi beras kita turun 1,5 juta ton pada 2022,” jelasnya.
Tiga Strategi Beras
Untuk mengantisipasi risiko tersebut, Dwi —yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB)— menyarankan agar pemerintah fokus melakukan tiga hal untuk mengamankan setidaknya tambahan serapan Bulog sebesar 500.000 untuk menutupi kekurangan dari stok sisa impor yang hanya tinggal 540.000 ton.
Pertama, menjaga harga gabah yang saat ini sedang baik dan mencapai rekor tertinggi dalam 2 tahun terakhir.
“Pertahankan saja di atas Rp5.500/kg—Rp6.000/kg. Dengan demikian, pemerintah tidak boleh intervensi berlebihan agar petani semangat menanam. Otomatis produksi akan meningkat dengan sendirinya. Itu yang penting.”
Kedua, fenomena El Nino berkaitan erat dengan turunnya ketersediaan air yang sangat dibutuhkan tanaman padi. Untuk itu, pemerintah dinilai perlu mengidentifikasi wilayah-wilayah yang rawan krisis air.
“Identifikasi juga sumber airnya, apakah dari sungai atau sumur dalam. Setelah diidentifikasi, berilah bantuan Solar gratis karena Solar itu makin susah dibeli. Harus pakai QR code. Mana ada petani yang pakai QR? Saya hitung subsidi yang dibutuhkan sekitar Rp300 miliar. Kecil lah itu,” ujar Dwi.
Ketiga, antisipasi dan pengendalian serangan hama. Serangan hama pada musim kering mulai terdeteksi di Jawa Barat dan Jawa Tengah, yang notabene merupakan sentra-sentra produksi padi.
“Pemerintah harus melakukan sistem pengendalian hama terpadu seperti yang dahulu pernah dilakukan. Semoga saja dengan tiga pendekatan tersebut, produksi padi tidak turun seperti yang ditakutkan. Bisa kok mengatasi El Nino. Saat 2015 itu produksi padi hanya turun 0,14%. Saat ini El Nino-nya tergolong rendah sehingga bisa diatasi dengan baik. Harapannya proyeksi penurunan produksi 5% itu tidak terjadi. Kalau sudah selesai El Nino, setop impor karena sudah cukup realisasi impor 1 juta ton yang kemarin itu,” jelasnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini mengatakan selama Juli 2023, rata-rata harga GKP di tingkat petani Rp5.629/kg atau naik 1,55% secara month to month (mtm) dan 23,19 secara year on year (yoy). GKP di tingkat penggilingan Rp5.764/kg atau naik 1,61% mtm dan 23,10% yoy.
Adapun, rata-rata harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani Rp6.389/kg atau naik 0,75% mtm dan 22,62% yoy, sedangkan di tingkat penggilingan Rp6.506/kg atau naik 0,70% mtm dan 22,22% yoy.
"Pada Juli 2023, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan mencapai Rp11.537/kg, naik 0,11% mtm dan 19,83% yoy. Beras kualitas medium Rp11.121/kg atau naik 0,37% mtm dan 22,31% yoy," ujarnya, Selasa (1/8/2023).
(wdh)