"Sanksi-sanksi tersebut mulai berdampak di Niamey sembari kita berbicara," kata Kiari Liman Tinguiri, duta besar Niger untuk AS dalam wawancara pada Rabu dengan Bloomberg TV. "Junta militer, yang telah melakukan upaya kudeta ini, akan mengembalikan kekuasaan untuk menyelamatkan rakyat kita dari penderitaan yang tidak perlu."
Tinguiri mengatakan, Bazoum, yang tidak terlihat di depan umum sejak ditahan oleh pengawal presiden pada 26 Juli lalu, telah berbicara dengan para pemimpin negara-negara asing termasuk Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang situasi di negara itu.
"Secara fisik presiden baik-baik saja, dan mentalnya sangat kuat," katanya.
Duta besar menambahkan, kudeta ini berisiko semakin mengganggu stabilitas wilayah Sahel Afrika Barat. Kudeta ini juga telah menimbulkan ancaman bagi negara-negara pesisir termasuk Pantai Gading dan Togo, di mana terjadi peningkatan aktivitas jihadis.
Ancaman Kekuatan
Kudeta memicu serangkaian pertemuan di daerah karena semua pihak berusaha untuk mencari dukungan.
Kepala pertahanan ECOWAS pada Kamis mengakhiri pertemuan dua hari di ibu kota Nigeria, Abuja untuk membahas soal tanggapan atas kudeta. Blok regional itu mengatakan akan melawan dengan kekerasan jika junta tidak mengembalikan Bazoum pada 6 Agustus.
Di sisi lain, delegasi ECOWAS lain telah melakukan perjalanan pada Rabu ke ibu kota Niger, Niamey, untuk bernegosiasi dengan para pemimpin kudeta. Sementara kepala staf militer Niger pergi ke Mali dan Burkina Faso, dua negara tetangga yang kepemimpinan militernya telah menjanjikan dukungan untuk junta.
Sebelumnya, Tiani telah menyatakan diri sebagai pemimpin baru Niger pada 28 Juli, dua hari setelah pengawal presiden menahan Bazoum.
(bbn)