Katarina Hoije - Bloomberg News
Bloomberg, Pemimpin militer baru Niger mengatakan junta tidak akan tunduk pada tekanan internasional untuk melepaskan kekuasaan. Pernyataannya meningkatkan ketegangan dengan Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (Economic Community of West African States/ECOWAS) yang mengancam akan menggunakan kekerasan jika Presiden Mohamed Bazoum, yang terpilih secara demokratis, tidak diangkat kembali.
Militer "menolak menyerah pada ancaman apa pun, dari mana pun asalnya," kata Jenderal Abdourahmane Tiani dalam pidato yang disiarkan televisi Rabu (2/8/2023) malam. Dia menolak sanksi keras yang dijatuhkan oleh
ECOWAS, dan memperingatkan akan melawan terhadap intervensi apa pun saat para pemimpin militer di kawasan itu mengadakan pertemuan darurat di negara tetangga, Nigeria, untuk membahas tanggapan terhadap kudeta yang dilakukan pada 26 Juli lalu.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Kamis (3/8/2023) memjadi salah satu pemimpin dunia yang menyerukan pembebasan segera Presiden Mohamed Bazoum, dan menjaga demokrasi Niger yang diperoleh dengan susah payah. Biden juga meminta para pegawa pemerintahan non-darurat dan keluarga mereka untuk meninggalkan Niger.
ECOWAS pekan lalu menutup perbatasan dengan Niger. Mereka juga membekukan aset negara di bank sentral regional dan melarang penerbangan komersial. Langkah-langkah itu dilakukan untuk memaksa junta melepaskan kekuasaan. Nigeria memutus pasokan listriknya ke Niger yang menyebabkan pemadaman bergilir di kota-kota besar.
"Sanksi-sanksi tersebut mulai berdampak di Niamey sembari kita berbicara," kata Kiari Liman Tinguiri, duta besar Niger untuk AS dalam wawancara pada Rabu dengan Bloomberg TV. "Junta militer, yang telah melakukan upaya kudeta ini, akan mengembalikan kekuasaan untuk menyelamatkan rakyat kita dari penderitaan yang tidak perlu."
Tinguiri mengatakan, Bazoum, yang tidak terlihat di depan umum sejak ditahan oleh pengawal presiden pada 26 Juli lalu, telah berbicara dengan para pemimpin negara-negara asing termasuk Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang situasi di negara itu.
"Secara fisik presiden baik-baik saja, dan mentalnya sangat kuat," katanya.
Duta besar menambahkan, kudeta ini berisiko semakin mengganggu stabilitas wilayah Sahel Afrika Barat. Kudeta ini juga telah menimbulkan ancaman bagi negara-negara pesisir termasuk Pantai Gading dan Togo, di mana terjadi peningkatan aktivitas jihadis.
Ancaman Kekuatan
Kudeta memicu serangkaian pertemuan di daerah karena semua pihak berusaha untuk mencari dukungan.
Kepala pertahanan ECOWAS pada Kamis mengakhiri pertemuan dua hari di ibu kota Nigeria, Abuja untuk membahas soal tanggapan atas kudeta. Blok regional itu mengatakan akan melawan dengan kekerasan jika junta tidak mengembalikan Bazoum pada 6 Agustus.
Di sisi lain, delegasi ECOWAS lain telah melakukan perjalanan pada Rabu ke ibu kota Niger, Niamey, untuk bernegosiasi dengan para pemimpin kudeta. Sementara kepala staf militer Niger pergi ke Mali dan Burkina Faso, dua negara tetangga yang kepemimpinan militernya telah menjanjikan dukungan untuk junta.
Sebelumnya, Tiani telah menyatakan diri sebagai pemimpin baru Niger pada 28 Juli, dua hari setelah pengawal presiden menahan Bazoum.
(bbn)