Logo Bloomberg Technoz

Ryan Vlastelica - Bloomberg News

Bloomberg, Kinerja keuangan dua perusahaan teknologi besar Amerika Serikat (AS), Apple Inc. dan Amazon.com Inc., pada Kamis (3/8/2023) waktu setempat akan menguji reli pasar saham terbaru di tengah tren teknologi.

Kedua saham ini menjadi sangat penting bagi kenaikan S&P 500 tahun ini. Mereka menarik para investor dengan aliran pendapatan dalam tempo lebih lama dan mendominasi pasar. Namun, apakah keduanya dapat mendorong kenaikan lebih lanjut? Ini yang masih dipertanyakan.

Hal ini mengingat Apple dan Amazon diperdagangkan pada lipatan yang tinggi, tetapi perusahan tengah menghadapi hambatan dalam bisnis. Perusahaan memiliki eksposur langsung yang terbatas pada kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) -sebagai pendorong utama di balik kenaikan tahun ini. 

“Pada valuasi ini, kelipatannya harus turun, atau pendapatan harus pulih dengan cara yang sangat kuat, yang mungkin sulit karena AI telah diperhitungkan,” kata Irene Tunkel, kepala strategi ekuitas AS dari BCA Research. "Namun, hal tersebut tetap menjadi kata kunci lebih dari sesuatu yang mendorong pertumbuhan.”

Saham-saham teknologi, yang sensitif terhadap suku bunga, mengalami hambatan pada hari Rabu setelah imbal hasil obligasi yang  melonjak pascapenurunan peringkat utang negara AS oleh Fitch.

Reli yang dipicu oleh teknologi telah menambah nilai lebih US$6 triliun pada indeks S&P 500 sepanjang tahun. Namun, sektor ini juga telah berupaya untuk naik setelah berada pada jarak 5% dari level tertinggi sepanjang masa Nasdaq 100 bulan lalu. Akan tetapi, terdapat perkiraan laporan yang lebih baik dari Alphabet Inc. dan Meta Platforms Inc.

Sepanjang tahun ini, Apple telah mengalami kenaikan 48%. Apple menjadi satu-satunya perusahaan yang bernilai lebih dari US$3 triliun. Apple akan menjadi sangat penting jika reli ingin kembali ke jalurnya. Saham AAPL menyumbang sekitar 8% dari Indeks S&P 500. AAPL memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap benchmark.

Produsen iPhone ini diperkirakan akan melaporkan penurunan pendapatan sebesar 1,7% pada kuartal ketiga fiskal. Hal ini akan menjadi kontraksi ketiga kalinya secara tahun ke tahun secara berturut-turut.

Tren kenaikan harga Apple, Amazone terhadap indeks Nasdaq 100. (Dok: Bloomberg)

Apple menghadapi risiko dari lemahnya pasar ponsel pintar di China, salah satu pasar terbesarnya. Belum lagi terdapat peluang pendapatan dari produsen cip smartphone, Qualcomm Inc. juga lemah.

Hal ini mengindikasikan lemahnya permintaan untuk perangkat seluler. Namun, Apple diperdagangkan pada hampir 30 kali estimasi pendapatan, di atas rata-rata pada jangka panjang, atau  lebih mahal dari pasar secara keseluruhan.

Volatilitas indeks Nasdaq 100. (Dok: Bloomberg)

“Apple stabil, bukannya yang akan berlari kencang dalam pertumbuhan, dan saya tidak tahu apa yang dapat dilakukan perusahaan untuk memikat para investor,” ujar David Klink, analis ekuitas senior Huntington Private Bank.

“Kelihatannya [valuasi] mahal, dan mungkin semua orang yang ingin memiliki [saham Apple] sudah memilikinya, jadi Anda harus bertanya-tanya apa yang bisa dilakukannya untuk mendapatkan keuntungan.”

Setelah naik 53% pada 2023, Amazon kini diperdagangkan 40 kali lipat dari estimasi pendapatan perusahaan. Meskipun capaian ini masih di bawah rata-rata estimasi jangka panjang perusahaan, dengan pendorong laba berasal dari bisnis komputasi awan Amazon Web Services.

Di sisi lain Microsoft Corp. minggu lalu memperingatkan perlambatan yang terus berlanjut dalam bisnis komputasi awannya. 

“Hasil dari Microsoft cukup baik, namun tidak berlaku oleh Amazon. Amazon masih menjadi pemimpin pasar di bidang cloud, dan jika mereka juga menunjukkan perlambatan, maka para investor mungkin akan khawatir,” kata Klink.

(bbn)

No more pages