“Bapak ibu jangan tenang-tenang, ‘ah bank BUMN kan aman, bank BCA aman. Kalau tertipu, kan bank bisa mengembalikan dana saya, kalau tipu-tipu bank tidak mengganti,” ucap dia.
Bank BCA, lanjut Wani, tidak pernah meminta data nasabah melalui tautan link. “Ibarat [akses] memberi kunci rumah kepada orang lain, semua orang jadi tahu. Bank tidak meminta lewat link,” papar Wani.
Dalam upaya mengamankan dana nasabah, BCA juga melakukan fitur berlapis seperti face biometric. Hal ini berangkat dari fakta bahwa ada saja nasabah yang dengan sengaja meminjamkan kartu ATM ke orang terdekat.
“Kita bikin what you are, di BCA pakai face biometric untuk myBCA-nya,” jelas dia. Pengamanan berlapis memang diperlukan agar semua modus-modus kejahatan seperti social engineering ini tidak berdampak ke nasabah dan mencegah bank tidak terkesan angkat tangan terhadap kasus yang menimpa nasabahnya.
Pengamat IT dari ICT Institute Heru Sutadi sempat menyatakan nasabah selalu dalam posisi terlemah jika terjaring kasus pembobolan dana. Belum lagi nasabah tidak mendapat pengetahuan cukup bahwa data mereka bersifat rahasia.
Pakar Keamanan Siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya menambahkan bahwa cara bank melindungi nasabahnya adalah dengan menambahkan satu verifikasi tambahan dari bank sehingga meskipun OTP dibobol maka rekening akan tetap aman.
“Jangan mudah percaya, jangan mudah tertipu, jangan mudah menginstall aplikasi dari luar playstore. Lalu jika memiliki dana cukup besar dan ada di mobile banking dan Anda rasa penting dan gak bisa afford kalau duit hilang, carilah bank yang menawarkan verifikasi tambahan, itu ada. Nasabah pinter-pinter aja cari banknya,” tutup Alfons.
(wep)