Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Wani Sabu Executive Vice President Center of Digital PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA mengatakan penipuan digital bank masih marak terjadi kerap memanfaatkan rekayasa sosial (social engineering). Masyarakat sebagai nasabah bank diminta cermat dan waspada. Jangan mudah percaya dan klik tautan yang dikirimkan oknum penipu.

Wani memaparkan modus terbaru penipuan bank yang patut masyarakat cermati.

Fake account

Ilustrasi penipuan nomor WhatsApp digital bank. (Dok: Bloomberg)

Menurut Wani penipu yang biasa mengatasnamakan bank kerap membuat akun media sosial palsu. Nama akun beragam namun biasa menggunakan label nama perbankan besar seperti Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BRI, atau lainnya.

Kini modus penipuan lewat jalur media sosial kerap menawarkan layanan peningkatan status atau upgrade menjadi nasabah prioritas. Masyarakat diminta selalu melakukan pengecekan akun media sosial resmi perbankan. Jika nama akun terlihat tidak wajar, patut dicurigai ini adalah modus penipuan.

Surat palsu mengatasnamakan bank

Modus ini bukan hal baru namun masih terjadi dan terkadang membawa korban. Beberapa contoh yang terjadi di lapangan adalah oknum menyebarkan pengumuman perihal perubahan tarif layanan. Patut dicurigai jika bahasa yang digunakan tidak sesuai kaidah atau terkadang muncul typo.

“Bank menuliskan B A N K I N G, bukan BANGKING,” kata Wani dalam webinar Waspada Modus Penipuan Gaya Baru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kamis (3/8/2023).

Ilustrasi penipuan nomor WhatsApp digital bank. (Dok: Bloomberg)

Oknum menduplikasi link palsu 

Wani menerangkan penipu menyebarkan link formulir atau website. Tujuannya agar nasabah mengisi data pribadi yang seharusnya tidak disebar sembarangan.

Website yang sengaja dijaring oleh penipu digital bank dibuat seakan mirip dengan laman resmi atau official perbankan. Di dalamnya masyarakat diminta memasukkan data seperti 16 digit nomor ATM, memasukkan 6 digit m_PIN dalam format formulir digital.

Ilustrasi penipuan nomor WhatsApp digital bank. (Dok: Bloomberg)

WhatsApp mengatasnamakan pihak bank

Para penipu kerap menggunakan foto profil WhatsApp (WA) yang mewakili salah satu karyawan bank dengan maksud menipu masyarakat. WA yang digunakan tidak sesuai dengan nomor resmi perbankan yang bersangkutan.

Format WA juga bisa melalui hacking WhatsApp kerabat, untuk kemudian menawarkan kepada individu untuk mengirimkan sejumlah dana.

Ilustrasi penipuan nomor WhatsApp digital bank. (Dok: Bloomberg)

Fraudster merupakan istilah yang makin terdengar, yaitu memproduksi akun palsu di media sosial atau melakukan hacking. Penipu kemudian menggunakan profile photo untuk meyakinkan korban agar terbujuk dan mengikuti permintaan fraudster.

Ajakan ikut lelang emas dan tas mewah

Wani menambahkan surat palsu yang mengatasnamakan institusi pemerintahan juga menjadi alat penipu di digital bank saat ini. Mereka mencoba meyakinkan korban bahwa terdapat penawaran lelang.

Lelang biasa berupa mobil sitaan, emas, dan barang-barang mewah, berupa tas mewah. “Ada tawaran, bu ada emas Rp600 ribu. Kalau beli bisa dijual lagi dengan harga saat ini Rp1 juta,” tutur dia.

(wep)

No more pages