"Perseroan ingin mengklarifikasi bahwa kegiatan pembayaran dividen dan pembelian kembali saham telah mengikuti proses yang wajar, sesuai dengan peraturan OJK," ujarnya.
Selanjutnya, ada penurunan signifikan dalam pos tambahan modal disetor yang mencapai minus Rp3,6 triliun. "Tambahan Modal Disetor yang negatif merupakan hasil dari penggabungan usaha PT Meadow Indonesia dan Matahari pada September 2011," tulis surat dari manajemen Matahari.
Selama setahun penuh 2023, Dewan Komisaris, Direksi, dan Manajemen berkomitmen untuk membayar dividen minimal 50% payout ratio sejalan dengan kebijakan dividen yang dipublikasikan Perseroan. Pembayaran dividen ini didasarkan pada posisi Laba Ditahan yang positif dan kepercayaan yang kuat pada profitabilitas masa depan dan pertumbuhan bisnis.
"Perseroan ingin menggarisbawahi sesuai dengan peraturan bahwa diperbolehkan untuk membagikan dividen final bahkan jika ekuitasnya negatif," tulis manajemen.
Manajemen Matahari berharap ekuitas akan kembali positif pada 2024, bahkan setelah pembayaran dividen. "Proyeksi ini menunjukkan kepercayaan pada profitabilitas dan pertumbuhan bisnis di masa depan," tulis manajemen.
Sebagai informasi, Matahari mencatatkan laba bersih Rp683,87 miliar pada periode semester I 2023, turun 25,52% secara yoy. Perseroan membukukan laba bersih per saham dasar turun menjadi Rp 301 per saham dari periode sama tahun sebelumnya Rp 380 per saham.
Matahari mencatatkan pendapatan bersih Rp3,85 triliun pada semester I-2023, naik tipis 2,39% secara yoy. Beban pokok pendapatan bertambah 4,67% menjadi Rp 1,25 triliun pada semester I 2023, sehingga laba kotor perseroan naik tipis 1,32% menjadi Rp2,59 triliun.
(dba)