Bloomberg Technoz, Jakarta - Emiten PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) atau Matahari tiba-tiba mencatatkan ekuitas negatif Rp160,07 miliar pada akhir Juni 2023.
Hal ini memantik sejumlah pertanyaan karena emiten ini mencatatkan laba bersih Rp683,87 miliar pada periode Semester I-2023. Apalagi, pada Maret 2023 atau 3 bulan sebelumnya, Matahari masih mencatatkan ekuitas Rp467,48 miliar.
Sangat jarang terjadi tiba-tiba ada emiten mengalami ekuitas negatif ketika masih mencetak laba. Bursa Efek Indonesia pun langsung memberikan stempel khusus kepada Matahari, yakni Notasi Khusus E dan X pada 2 Agustus 2023 kemarin. Notasi E adalah laporan keuangan terakhir menunjukkan ekuitas negatif dan notasi X adalah emiten dicatatkan di Papan Pemantauan Khusus.
Dalam suratnya kepada Bursa Efek Indonesia, manajemen Matahari ingin meyakinkan bahwa mereka memiliki kapasitas keuangan yang kuat dan komitmen terhadap pertumbuhan, yang tidak terpengaruh oleh posisi ekuitas yang negatif.
Manajemen menjelaskan penurunan ekuitas hingga menyentuh negatif disebabkan adanya pembayaran dividen Perseroan baru-baru ini sebesar Rp 1,2 triliun. Selain itu, perseroan juga melakukan aktivitas pembelian kembali saham (buyback) dengan nilai kumulatif sebesar Rp 1,3 triliun sejak 2022.
"Perseroan ingin mengklarifikasi bahwa kegiatan pembayaran dividen dan pembelian kembali saham telah mengikuti proses yang wajar, sesuai dengan peraturan OJK," ujarnya.
Selanjutnya, ada penurunan signifikan dalam pos tambahan modal disetor yang mencapai minus Rp3,6 triliun. "Tambahan Modal Disetor yang negatif merupakan hasil dari penggabungan usaha PT Meadow Indonesia dan Matahari pada September 2011," tulis surat dari manajemen Matahari.
Selama setahun penuh 2023, Dewan Komisaris, Direksi, dan Manajemen berkomitmen untuk membayar dividen minimal 50% payout ratio sejalan dengan kebijakan dividen yang dipublikasikan Perseroan. Pembayaran dividen ini didasarkan pada posisi Laba Ditahan yang positif dan kepercayaan yang kuat pada profitabilitas masa depan dan pertumbuhan bisnis.
"Perseroan ingin menggarisbawahi sesuai dengan peraturan bahwa diperbolehkan untuk membagikan dividen final bahkan jika ekuitasnya negatif," tulis manajemen.
Manajemen Matahari berharap ekuitas akan kembali positif pada 2024, bahkan setelah pembayaran dividen. "Proyeksi ini menunjukkan kepercayaan pada profitabilitas dan pertumbuhan bisnis di masa depan," tulis manajemen.
Sebagai informasi, Matahari mencatatkan laba bersih Rp683,87 miliar pada periode semester I 2023, turun 25,52% secara yoy. Perseroan membukukan laba bersih per saham dasar turun menjadi Rp 301 per saham dari periode sama tahun sebelumnya Rp 380 per saham.
Matahari mencatatkan pendapatan bersih Rp3,85 triliun pada semester I-2023, naik tipis 2,39% secara yoy. Beban pokok pendapatan bertambah 4,67% menjadi Rp 1,25 triliun pada semester I 2023, sehingga laba kotor perseroan naik tipis 1,32% menjadi Rp2,59 triliun.
(dba)