Miller mengatakan Korut masih belum menanggapi upaya AS untuk membuka hubungan melalui saluran diplomatik.
“Karena itu tidak substantif, kami tentu tidak melihatnya sebagai kemajuan sama sekali,” katanya.
King adalah tentara kavaleri asal Wisconsin yang bergabung di militer AS sejak Januari 2021. Dia dipenjara hampir dua bulan di Korea Selatan karena melakukan serangan dan dijadwalkan pulang ke Texas untuk dikeluarkan dari militer.
Akan tetapi, dia lari dari bandara dan ikut tur wisata ke Area Keamanan Bersama di desa Panmunjom dan dia kemudian lari menyebrang perbatasan ke wilayah Korea Utar. King kemudian dibawa oleh personel militer Korea Utara dengan menggunakan mobil pengangkut.
Komndo PBB, yang membantu menerapkan Kesepakatan Gencatan Senjata yang mengakhiri Perang Korea 70 tahun lalu, mengatakan Korea Utara "telah memberi jawaban" pada upaya komunikasi PBB terkait kasus King ini.
"Agar tidak ada gangguan dalam upaya kami membawa dia pulang, kami tidak akan memberi rincian keterangan saat ini," bunyi pernyataan tertulis Komando PBB yang dikirim melalui surat elektronik, Kamis (03/8/2023).
Pada kasus-kasus lain yang pernah terjadi di era rejim Kim Jong Un, negara itu mengumumkan penahanan beberapa minggu setelah kejadian dengan mengatkan langkah itu diambil setelah menginterogasi pelaku.
Biasanya, langkah berikut adalah sidang pengadilan beberapa minggu kemudian dan warga AS yang ditahan pun dinyatakan bersalah dalam dakwaan melakukan kejahatan terhadap Korea Utara. Di sejumlah kasus, mereka mengeluarkan pengakuan pelaku yang kemungkinan besar dirancang sebagai alat propaganda Pyongyang untuk menjelekan Amerika Serikat.
Pada kasus enahanan Arturo Martinez yang secara ilegal menyebrang perbatasan pada 2014, pengakuan itu terdiri dari lima ribu kata dan membeberkan jaringan teori konspirasi yang mengecam AS sebagai penjajah dan penyembah kapitalis dan CIA yang memiliki rencana jahat.
(bbn)