Logo Bloomberg Technoz

Dalam jangka menengah rupiah membentuk tren Lower Low, dengan breakout MA-100 dan terus menjauhinya, yang sebelumnya merupakan level support terkuat. Sementara indikator trendline garis putih dan merah jadi resistance rupiah untuk penguatan ke level Rp15.145/US$. Sedangkan, ada resistance optimis selanjutnya, menuju Rp15.102-Rp15.008/US$.

Di pasar derivatif nondeliverable forward, pairing USD/IDR kemarin ditutup menguat meski pagi ini terpantau mulai tergerus melemah. Adapun kurs tengah Bank Indonesia pada 2 Agustus ditutup di level Rp15.171/US$.

Intervensi BI

Bank Indonesia berjaga di pasar mengintervensi tekanan yang dihadapi rupiah supaya tidak melemah tanpa kendali. Edi Susianto, Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, memastikan, BI berjaga di pasar untuk memastikan keseimbangan permintaan dan penawaran valas. 

"Sepertinya pelaku pasar agak waspada khususnya terkait penurunan peringkat kredit Amerika sementara sebagian yang lain memilih wait and see menanti rilis data pengangguran di Amerika. Persediaan valas di pasar domestik masih memadai. Puncak siklus permintaan valas sudah terjadi pada Mei-Juni lalu, jadi saat ini likuiditas valas sudah lebih baik," jelas Edi seperti diwartakan Bloomberg News, Rabu (2/8/2023).

Bank Indonesia meyakini dengan aktif mengintervensi tekanan yang dihadapi rupiah di pasar, sejurus dengan twist operation dan triple intervention, itu sudah akan memadai mengawal nilai rupiah agar tidak terus melemah alih-alih menaikkan bunga acuan untuk memperlebar tingkat imbal hasil.  

Kepercayaan diri Bank Indonesia tidak bisa dilepaskan dari masih relatif tingginya posisi cadangan devisa RI sejauh ini yang masih memadai untuk menahan tekanan pada nilai rupiah.

Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa per akhir Juni 2023 sebesar US$ 137,5 miliar. Berkurang US$ 1,8 miliar dari bulan sebelumnya. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2023 tetap tinggi sebesar US$ 137,5 miliar, meskipun menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Mei 2023 sebesar US$ 139,3 miliar.

"Bank Indonesia telah eksplisit dalam strateginya memanfaatkan cadangan devisa ketimbang bunga acuan untuk mempertahankan nilai tukar rupiah dan mereka memiliki amunisi yang cukup untuk melakukannya. Ini mengirimkan pesan [pada pasar] 'jangan melawan bank sentral' yang jelas yang sebaiknya diperhatikan oleh pedagang valas," kata Satria Sambijantoro, ekonom Bahana Sekuritas. 

Rupiah berada di posisi yang lebih rentan dalam jangka pendek mengingat imbal hasil US Treasury diprediksi akan terus tinggi dalam waktu lebih lama kendati para pemodal global cenderung menilai puncak bunga acuan Federal Reserve sudah tercapai, menurut Khoon Goh, Head of Asia Research di ANZ Singapura seperti dilansir Bloomberg News.

Meski demikian, dalam jangka panjang, analis memprediksi USD/IDR berpeluang menguat ke kisaran Rp14.500-Rp14.700 per dolar AS.

-- dengan analisis teknikal M. Julian Fadli.

(rui)

No more pages