Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Kala dolar AS terapresiasi, maka emas jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas akan turun dan harga mengikuti.
Fitch Turunkan Rating AS
Investor melepas aset-aset berisiko seperti saham menyusul keputusan lembaga pemeringkat Fitch Ratings yang menurunkan peringkat utang (rating) AS. Dini hari tadi waktu Indonesia, Wall Street pun terkoreksi tajam.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 2%. Sementara S&P 500 dan Nasdaq 100 berkurang masing-masing 1,4% dan 2,2%.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS pun naik seiring keputusan pemerintah untuk menggeber penerbitan obligasi akibat keputusan Fitch. Saat penerbitan dinaikkan, maka harga obligasi akan turun dan yield naik. Kenaikan yield membuat surat utang pemerintah Negeri Adikuasa makin menarik sehingga diserbu investor.
“Kita tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi di pasar obligasi seiring kenaikan yield,” uja Ed Moya, Senior Market Analyst di Oanda, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Saat investor memilih meninggalkan aset berisiko dan masuk ke pasar obligasi pemerintah AS, maka satu-satunya hasil yang akan terlihat adalah penguatan dolar AS. Akibatnya, harga emas pun terpangkas.
Analisis Teknikal
Akan tetapi, masih ada harapan bagi investor emas. Sepertinya harga emas sudah menyentuh dasarnya, sehingga bersiap rebound.
Secara teknikal, target kenaikan harga emas terdekat ada di US$ 1.945,07/ons. Jika tertembus, maka harga bisa naik lagi menuju US$ 1.968,67/ons.
Sementara titik support harga emas masih cukup kuat yakni di US$ 1.891,79/ons.
(aji)