Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), entitas usaha Grup Lippo di sektor ritel, masih mencatatkan rugi bersih Rp145,38 miliar pada semester I-2013. Kerugian ini 8,33% lebih kecil dibanding periode yang sama tahun lalu, Rp158,6 miliar.
Kinerja keuangan pemilik gerai Hypermart ini menjadi menarik, karena penurunan kerugian itu terjadi di tengah penjualan bersih yang cenderung stagnan. Sepanjang paruh waktu pertama tahun ini, penjualan bersih turun hanya 0,4% secara tahunan menjadi Rp3,7 triliun.
Posisi itu diikuti oleh beban pokok yang juga tidak berubah banyak, menjadi Rp3,07 triliun di semester satu tahun ini dari sebelumnya Rp3,04 triliun semester satu tahun lalu.
Laba kotor tercatat turun 6,57% menjadi Rp628,95 miliar. Akan tetapi, rugi usaha mendadak menyusut 25% secara tahunan menjadi Rp60 miliar. Penurunan rugi usaha ini yang pada akhirnya mengurangi kerugian bersih secara tahunan.
Wim Maris Wakil Presiden Direktur & CEO MPPA mengungkapkan, meski masih merugi, namun hasil kinerja perusahaan sudah berjalan sesuai rencana karena biaya operasional semakin terkendali. "Sehingga, kami dapat menginvestasikannya kembali untuk pelayanan kepada pelanggan dan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan," jelas Wim dalam keterangan resmi, Kamis (3/8/2023).
Sejalan dengan penuturan Wim, dalam laporan keuangan MPPA memang terlihat ada penurunan beban penjualan 24% menjadi Rp112,44 miliar. Beban umum & administrasi juga turun 2,3% menjadi Rp628,19 miliar.
Back to Basic
Platform pertumbuhan baru melalui aplikasi loyalti telah diluncurkan. Penjualan secara online, baik menggunakan platform sendiri maupun marketplace juga telah dilakukan. Ini semua untuk memberikan kemudahan kepada pelanggan.
Namun, strategi kunci yang tak kalah penting yang dilakukan MPPA adalah, kembalinya MPPA ke sisi yang telah menjadi kekuatannya sejak awal, menjual produk segar (fresh). Target penjualan juga saat ini juga bukan lagi fokus ke B2B, melainkan langsung ke end user.
"Pertumbuhan penjualan MPPA fokus pada peningkatan proposisi nilai yang ditawarkan kepada konsumen mulai dari penyesuaian ragam produk, penetapan harga, dan fokus kembali pada produk fresh sebagai produk usungan utama," tutur Wim.
Strategi itu juga tercermin dari perincian penjualan bersih MPPA. Dari total penjualan bersih Rp3,7 triliun, 98% diantaranya berasal dari segmen penjualan langsung. Sisanya, sebesar 2%, disumbangkan dari segmen konsinyasi.
Tentu, strategi 'back to basic' ini tetap dilakukan dengan penyesuaian di sejumlah sisi. Antara lain, merombak model toko offline untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih baik dan nyaman bagi pelanggan.
"Seluruh inisiatif ini membutuhkan dana, oleh karena itu, kami telah menerapan program penghematan biaya yang ketat untuk mengatur ulang kembali belanja operasional perseroan untuk basis biaya yang lebih baik di tahun mendatang," kata Wim.
(dhf/frg)