Perhitungan Bloomberg tidak termasuk data pipa Rusia dan ekspor minyak kereta api dan pasokan ke inventaris negara, yang mungkin juga berdampak pada angka total produksi negara untuk Juli, dan kepatuhan terhadap janji pengurangan produksi.
Menurut data industri yang dilihat Bloomberg baru-baru ini, pada Juni Rusia mengekspor sekitar 4,29 juta ton, atau 1,05 juta barel per hari melalui pipa ke Eropa, China, dan bekas negara-negara Soviet.
Awal tahun ini, Rusia berjanji untuk memangkas produksi minyak mentahnya sebesar 500.000 barel per hari. Negara akan mempertahankan pengurangan itu hingga akhir 2024 dalam upaya untuk menstabilkan pasar minyak global bersama OPEC+. Rusia juga akan mengurangi ekspor dengan jumlah yang sama pada Agustus, tanpa harus membuat pembatasan produksi tambahan.
Para pengamat minyak Rusia telah mengikuti laju ekspor laut dan pemrosesan domestik untuk memperkirakan tingkat produksi. Hingga Juli, pengiriman luar negeri yang kuat menimbulkan kekhawatiran di pasar apakah Rusia telah melakukan pembatasan produksi secara penuh.
Kepatuhan Rusia yang nyata terhadap janjinya dilakukan ketika OPEC menunjukkan penurunan produksi terbesar sejak pemangkasan pada 2020 yang dilakukan selama pandemi. Menurut survei Bloomberg, output Juli dari OPEC anjlok sebanyak 900.000 barel per hari bulan lalu menjadi rata-rata 27,79 juta per hari.
Berdasarkan survei, keputusan Arab Saudi dengan sukarela memangkas produksi minyak tambahan sebanyak 1 juta barel per hari yang dijanjikannya, sebagai langkah untuk menyeimbangkan pasar. Harga minyak mentah naik 14% di London bulan lalu, naik di atas US$85 per barel.
Akan tetapi memburuknya margin penyulingan dari bulan September, serta pemeliharaan musiman, dapat memaksa perusahaan Rusia untuk memagkas tingkat pemrosesan minyak mentah dan meningkatkan ekspor lintas laut mereka lagi.
(bbn)