“Ketika kita bergerak maju ke wilayah ini, akan penting untuk memahami bukti kepemilikan - siapa manusia dan siapa bot,” kata Perkins dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television.
Namun, Worldcoin juga memicu perdebatan mengenai apakah praktik pengumpulan data macam ini justru menipu dan eksploitatif. Belum lagi, Worldcoin diduga belum memiliki keamanan yang tepat.
Ada beberapa bukti yang perlu dikhawatirkan. Operator Worldcoin yang mendaftarkan pengguna baru telah mengalami pencurian kredensial loginnya, dan terdapat World ID ditawarkan di pasar gelap digital. Pada perkembangan lain, regulator Eropa sedang melakukan pemeriksaan atas proyek tersebut karena masalah privasi. Kemudian, Worldcoin membalas dengan meningkatkan fitur keamanan mereka.
Perkins mengakui adanya kontroversi seputar proyek ini, tetapi mengatakan bahwa platform lain, sepertiClear Secure Inc. dan iPhone Apple Inc. juga menggunakan data biometrik.
“Kami yakin tim benar-benar fokus pada privasi,” kata Perkins tentang Worldcoin, mencatat bahwa proyek ini menggunakan teknologi zero-knowledge proof untuk keamanan tambahan.
Pengguna di AS dapat memindai mata mereka untuk mendapatkan World ID, tetapi kini tidak dapat menerima token kripto WLD karena peraturan di AS yang belum jelas.
Kejelasan apakah token kripto merupakan sekuritas di AS atau bukan akan membuka jalan bagi peluncuran WLD di AS, Perkins menambahkan.
Token Worldcoin saat ini berada pada kisaran harga US$2,32, pada pukul 14:00 waktu New York, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi sepanjang masa US$3,58, berdasarkan CoinMarketCap.
-Dengan bantuan dari Kailey Leinz.
(bbn)