Sejatinya kedua emiten tersebut berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan. Di mana BUKA sukses menghasilkan pendapatan sebesar Rp2,18 triliun, meningkat 29%. BELI juga tercatat meningkat 15,8% pada angka pendapatan menjadi Rp7,7 triliun.
Menariknya, BELI lebih unggul dalam hal pertumbuhan Total Processing Value (TPV) yang meningkat 52% menjadi senilai total Rp36,77 triliun. Sementara TPV BUKA tercatat Rp81,56 triliun, hanya naik 15%. Adapun dengan pencapaian tersebut BUKA unggul dalam hal nominal.
Sebagai gambaran, TPV merupakan pencatatan total transaksi yang benar-benar sudah terjadi.
Sementara pada pencatatan beban pokok pendapatan terjadi peningkatan signifikan pada kinerja BUKA, kenaikan beban tersebut mencapai 40% menjadi Rp1,63 triliun. Sedangkan BELI hanya naik 7% menjadi Rp6,58 triliun.
Adapun keduanya berhasil menghasilkan kinerja positif dalam hal efisiensi beban penjualan dan pemasaran. Pada kinerja semester I-2023 BUKA berhasil menekan biaya tersebut mencapai 46%. Sementara BELI melangsungkan efisiensi sebesar 23% dibandingkan dengan semester I-2022 kemarin.
Kemudian yang menarik perhatian adalah pendapatan keuangan BUKA yang meningkat tinggi mencapai 70% menjadi sebesar Rp347,88 miliar, adapun pendapatan keuangan ini berasal dari raihan bunga deposito bank dan bunga obligasi pemerintah. Sementara pendapatan keuangan BELI turun 14% dan hanya sebesar Rp26 miliar, jauh dibandingkan dengan raihan BUKA.
Selain itu, BUKA juga menderita kerugian atas nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi terutama dari investasinya pada Allo Bank. Jumlah yang besar tersebut salah satunya atas penggunaan dana IPO yang diparkir pada instrumen keuangan.
Sepanjang semester I-2023, BUKA memiliki total aset sebesar Rp27,1 triliun. Kemudian pada pos kas dan setara kas tercatat Rp13,8 triliun. Adapun di antara kas tersebut, BUKA juga menempatkannya pada pos deposito berjangka pihak ketiga pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencapai Rp8,04 triliun. Serta pada PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) sebesar Rp896,59 miliar.
Ekuitas BUKA tercatat turun 1% menjadi Rp26,27 triliun. Senada dengan total liabilitas yang turun 9% menjadi hanya Rp825,2 miliar.
Sementara BELI membukukan total aset sebesar Rp13 triliun. Pada pos kas dan setara kas tercatat Rp1,9 triliun. Kedua pencatatan tersebut mencetak penurunan yang masing-masing drop 7,5% dan 37,8%.
Pada ekuitas BELI juga tercatat turun 15% menjadi Rp8,8 triliun. Lain halnya, total liabilitas justru naik 16% menjadi Rp4,1 triliun.
Kinerja yang merugi pada semester I-2023 tersebut direspons senada oleh investor, tercermin pada pergerakan harga saham BUKA dan BELI yang tengah parkir di zona merah.
Sepanjang tahun berjalan, atau Year-to-Date (YtD) BUKA drop mencapai 16,79% YtD. Akan tetapi floating loss yang lebih baik dicatatkan oleh BELI yang hanya terkoreksi 3,83% YtD.
(fad/dba)