Keuntungan BMRI itu ditopang oleh pertumbuhan kredit yang mencapai 11% secara tahunan (y-o-y). Kredit bank pelat merah tersebut didorong oleh permintaan kredit di segmen kredit komersial yang meningkat 18,9% yoy menjadi Rp 215,7 triliun, kredit SME (small medium enterprise) meningkat 11,7% yoy menjadi Rp 72,3 tirliun dan kredit segmen konsumer meningkat sebesar 11,3% yoy menjadi Rp 106 triliun.
Sementara itu PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) mencatatkan kinerja kredit yang kurang memuaskan sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Induk usaha Jenius itu hanya mampu mencatatkan pertumbuhan kredit 0,40% secara tahunan.
Selain itu laba bersih BTPN turun 12,57% menjadi Rp1,46 triliun pada semester I-2023. Penurunan laba bersih tersebut disebabkan penambahan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) atau pencadangan kredit di kuartal kedua tahun 2023, sebagai bagian dari upaya mitigasi dari berakhirnya kebijakan stimulus Covid-19 dari pemerintah.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa pertumbuhan kredit nasional hingga paruh pertama tahun ini masih melambat bila dibandingkan target yang dipatok pemerintah sebelumnya. Per akhir Juni 2023, pertumbuhan kredit tercatat baru di angka 7,76%. Sementara OJK memasang target pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai 10-12%.
"Perbankan melaporkan mereka tetap akan mampu mencapai target di atas 10% tadi," tutur Mahendra.
(evs)