Kinerja Keuangan
Meski begitu, kinerja keuangan CNMA masih lebih positif. Perusahaan membukukan total pendapatan Rp4,4 triliun pada 2022, melesat 243,83% dibanding 2021, Rp1,28 triliun.
Pendapatan tersebut memang belum menyamai periode 2019, ketika Nusantara Sejahtera meraup Rp6,89 triliun. Namun, pendapatan 2022 mengindikasikan adanya perbaikan pasca pandemi, mengingat pada 2020 pendapatannya juga anjlok menjadi Rp1,22 triliun.
Periode 2020 merupakan awal pandemi Covid-19 di Indonesia. Pemerintah segera melakukan pembatasan pergerakan masyarakat begitu ketat, setidaknya hingga 2021. Sektor hiburan termasuk yang paling terpukul akibat larangan kerumunan.
Ditelisik lebih lanjut, pemasukan dari segmen bioskop paling mendominasi. Pada periode 2022, sebesar 61% atau setara Rp2,7 triliun berasal dari segmen ini.
Segmen makanan dan minuman menyumbang Rp1,43 triliun. Kemudian, segmen iklan, digital platform dan pendapatan lainnya berkontribusi masing-msing Rp130,73 miliar, Rp116,85 miliar dan Rp21,8 miliar.
Tahun lalu, perusahaan mencatat laba bersih Rp460,38 miliar. Pada 2021, kerugian bersih sebesar Rp351,31 miliar.
Pada 2020, kerugian bersih Nusantara Sejahtera bahkan mencapai Rp545,74 miliar. Sementara, pada 2019, laba bersih tercatat Rp1,27 triliun.
Sementara, BLTZ membukukan kerugian sebesar Rp58,87 miliar pada tahun buku 2022. Kerugian BLTZ pada 2022 turun 77,8% dibandingkan dengan tahun buku sebelumnya, di mana perseroan membukukan kerugian sebesar Rp264,6 miliar pada 2021.
Turunnya kerugian BLTZ didukung oleh kinerja pendapatan yang meningkat secara signifikan. Jika pada tahun buku 2021 perseroan hanya membukukan pendapatan sebesar Rp284,9 miliar, perseroan sanggup membukukan pendapatan sebesar Rp1,06 triliun pada 2022.
(dhf)