Sementara ajakan Sandiaga Uno menurut Cecep adalah gerak cepat yang memang perlu dia tunjukkan untuk memenangkan hati PDIP. Akan sangat menguntungkan bila Khofifah berlabuh mendukung Ganjar Pranowo sekalipun tidak harus menjadi cawapres.
"Sandi, sebagai ketua Bappilu PPP juga, barisan dari Ganjar, tentu menginginkan basis elektoral dari Jawa Timur. Kalau nanti dia berhasil, dan Khofifah memberikan statement mendukung Ganjar, itu kan pendapatan besar untuk perolehan suara Ganjar," kata dia.
Namun ternyata soal dukung-mendukung capres dan partai ini sebenarnya sudah pernah terucap langsung dari Khofifah. Pada awal Juli 2023, saat menghadiri pelantikan dan rakerwil Muslimat NU Aceh di Gedung Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Aceh, Khofifah menegaskan Muslimat NU tak akan terafiliasi dengan partai di Pemilu 2024.
Muslimat NU adalah salah satu dari empat organisasi perempuan yang ada di NU yang dikhususkan bagi perempuan usia matang di atas 40 tahun. Khofifah sebagaimana dikutip media pada saat itu mengatakan, Muslimat NU hanya membangun politik kebangsaan yang berorientasi pada konsensus bangsa. Secara organisasi, Muslimat NU tak akan memilih kubu di pemilu.
"Jadi Muslimat ini politiknya kebangsaan, tidak terafiliasi ke salah satu partai," kata Kofifah (8/7/2023).
Ia pun memastikan setiap kader Muslimat NU bisa mengekspresikan pilihan politik mereka secara bebas dalam iklim demokrasi.
Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli menggali lebih jauh hitung-hitungan suara pilpres jika salah satu calon presiden (capres) bisa menggaet Khofifah. Pertama, Jatim adalah provinsi dengan penduduk terbanyak dan saat ini Khofifah sedang memimpin Jatim. Potensi besar suara bisa didapat dari gubernur Jatim itu. Kedua, Khofifah adalah figur perempuan dan akan menjadi penarik bagi pemilih perempuan. Ketiga, dia berasal dari NU dan Ketua Umum Muslimat NU sehingga pasti memiliki dukungan dari massa akar rumput.
"NU sebagai ormas keagamaan mempunyai anggota terbanyak bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Sehingga tidak heran bila selalu didekati oleh para kandidat capres. Biasanya mereka mendekati para kiai karena dianggap sebagai guru dan panutan," kata Lili.
Ia menambahkan, suara PKB dan NU amat mungkin terpecah apabila Khofifah maju dalam gelanggang 2024. Pasalnya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sedang berupaya melapangkan jalan menjadi pendamping capres Prabowo Subianto dalam gerbong Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Kondisi itu akan berbeda dengan Pemilu 2019. Pada saat itu tokoh NU yang maju hanya satu yakni Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi.
Pengamat politik Ray Rangkuti memiliki bacaan berbeda. Pendiri Lingkar Madani itu menilai Khofifah memiliki kecenderungan ke Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto dan jelas menolak Anies. Bukan semata-mata faktor warna politik yang berbeda melainkan juga karena peluang Anies yang begitu minim untuk menang.
"Besar dugaan saya dia (Khofifah) akan ke Prabowo atau Ganjar karena dua capres ini yang paling potensial menang. Ya sebenarnya karena dia nolak itu (kubu Anies) sudah ketahuan, susah Anies menang ini, ngapain ikut capres yang potensinya kalah," kata Ray dihubungi Selasa petang (1/8/2023).
Bahkan kata dia, bila dibandingkan dengan sosok Muhaimin alis Cak Imin yang jadi kandidat prioritas cawapres Prabowo saat ini, popularitas dan elektabilitas Khofifah lebih tinggi. Di kalangan NU, dia mengatakan Khofifah juga akan lebih diterima secara luas ketimbang Muhaimin.
"Antara Cak Imin dengan Khofifah itu kan jelas Khofifah jauh lebih diminati oleh publik. Jangan tanya saya kenapa, tanya ke publik, memang begitu kan (hasil) survei, Khofifah lebih tinggi dibandingkan dengan Cak Imin," ujar Ray.
(ezr)