Dengan kinerja impresif tersebut, Samuel Sekuritas menegaskan rating Buy untuk saham BBNI dengan target harga Rp12.700/saham.
Target tersebut menyiratkan Price to Book Value (PBV) sebesar 1,3x. Sejalan dengan optimisme manajemen Bank BNI akan terus meningkatkan kualitas sistem manajemen risikonya, terutama untuk sektor wholesale dan UKM.
Hal senada juga dipaparkan oleh analis Panin Sekuritas Nico Laurens, fokus Bank BNI mengarah ke segmen yang memiliki risiko rendah, seperti corporate private dengan kredit Rp239,3 triliun dan juga personal loan.
Namun demikian Nico melihat adanya ruang perbaikan kredit pada semester II-2023, didorong oleh peningkatan belanja pemerintah pada semester II-2023, yang diproyeksikan akan tumbuh 49% dibandingkan dengan semester I-2023.
Kemudian, pada Dana pihak ketiga (DPK) Bank BNI mencatatkan pertumbuhan menjadi Rp765 triliun, dengan pertumbuhan double digit sebesar 10,6% yoy. Adapun performa positif ini didukung penuh oleh peningkatan rasio dana murah (Current Account Saving Account/CASA) yang meningkat ke angka 69,9% pada semester I-2023.
“Kami melihat positif, rasio CASA terhadap kredit meningkat ke 82,2% yang akan menjaga sustainability pembiayaan kredit kedepannya,” tulis Nico.
Lanjutnya, patut dicermati adanya peningkatan tren funding cost, yang meningkat ke 1,98% (Pada 2022 hanya 1,51%) sejalan dengan tren kenaikan suku bunga acuan. Secara likuiditas pun Bank BNI masih kuat, di mana LDR berada di level 85,1%.
Pada pencatatan kredit restrukturisasi yang sedang dilangsungkan Bank BNI juga terus mengalami penurunan. Tercatat kredit restrukturisasi Covid-19 kemarin turun ke angka Rp40,6 triliun pada Juni, jauh lebih rendah dibandingkan pada Desember 2022 kemarin yang masih sebesar Rp62,9 triliun, atau setara dengan 6,3% ke total kredit, dengan loan loss reserve sebesar 32,2%.
Risiko atas kredit (Loan at Risk/LAR) juga terus mencatatkan penurunan ke angka 16,1% pada Juni, sedangkan pada Juni 2022 kemarin mencapai 19,6%.
Dengan berbagai katalis tersebut, Panin Sekuritas menetapkan rekomendasi Buy, dengan target harga Rp10.800/saham.
Sementara riset yang diterbitkan oleh JPMorgan pada laman Asia Pacific Equity Research, menyematkan Overweight kepada Bank BNI dengan target harga mencapai Rp10,000/saham dalam satu tahun kedepan.
Dengan katalis kenaikan meliputi, kinerja lebih baik dari perkiraan yang berasal dari kredit yang direstrukturisasi menjadi tahap 2 atau 3, imbal hasil obligasi yang lebih rendah dari perkiraan, yang dapat menyebabkan pemeringkatan ulang.
Kemudian biaya dana (Cost of Fund/CoF) yang lebih baik dari perkiraan yang dapat mendukung margin dan juga pemulihan yang kuat dalam pertumbuhan kinerja termasuk kenaikan pendapatan.
(fad/dba)