Dengan demikian, WIKA membukukan kerugian dalam enam bulan pertama senilai Rp1,88 triliun pada semester I-2023 membengkak hingga lebih dari 14.000%. Padahal, pada kinerja semester I-2022 kemarin rugi bersihnya hanya sebatas Rp13,32 miliar.
Sementara itu, total liabilitas WIKA mencatatkan Rp56,7 triliun. Angka tertinggi dicetak oleh Pinjaman Jangka Pendek kepada Pihak Berelasi sebesar Rp8,9 triliun dan liabilitas jangka panjang atas Obligasi sebesar Rp8,3 triliun.
Total aset WIKA mengalami penurunan 3,8% dari 2022 kemarin menjadi Rp72,17 triliun. Dropnya nilai aset didukung oleh berkurangnya pencatatan atas Kas dan Setara Kas menjadi hanya Rp1,8 triliun.
Sepanjang pagi hingga siang hari ini, Selasa (1/8/2023) saham WIKA anjlok 16 poin (3,65%) ke level Rp422/saham. Investor mentransaksikan WIKA sebanyak 15,9 juta saham dengan nilai Rp6,7 miliar.
Pemegang Saham Pengendali Wijaya Karya adalah Negara Republik Indonesia dengan kepemilikan sejumlah 5,8 miliar saham, atau 65% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Sementara itu, untuk publik sebesar 3,1 miliar saham (34,9%). Serta, WIKA masih memiliki saham treasury sejumlah 1,1 juta saham.
(fad/dhf)