Logo Bloomberg Technoz

S&P Global Indonesia Manufacturing melaporkan, aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan data PMI Indonesia ada di level 53,5 pada Juli. Angka ini naik dibandingkan bulan sebelumnya yang ada di level 52,5 pada Juni.

Ini adalah bulan ke-23 secara berturut-turut pertumbuhan aktivitas manufaktur dalam tren ekspansif, dan menjadi yang tertinggi sejak September kemarin atau dalam 1,5 tahun terakhir.

"Sektor manufaktur Indonesia melanjutkan momentum pertumbuhan yang kuat pada awal kuartal III. Kenaikan permintaan tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri," papar Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, dalam keterangan tertulis pada Selasa (1/8/2023).

Selanjutnya sentimen yang akan mempengaruhi IHSG datang dari global, investor menyambut baik sinyal penurunan inflasi lebih lanjut bersamaan dengan rilis laporan keuangan kuartal I-2023 korporasi yang keluar sangat solid.

Adapun Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) hanya naik 3,0% you pada Juni, melambat dari kenaikan 3,8% yoy pada Mei dan sesuai ekspektasi.

Pergerakan data PCE Price Index ini sejalan dengan data inflasi (Consumer Price Index/CPI) AS yang rilis pada awal bulan ini di mana laju inflasi inti (Core CPI) AS melambat menjadi 4,8% yoy pada Juni, paling rendah sejak Oktober 2021 dari 5,3% yoy sebelumnya.

Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, penurunan inflasi mendorong sentimen konsumen ke level tertinggi dalam hampir dua tahun. 

Tercatat, perhitungan akhir (Final) data Consumer Sentiment Index (CSI) AS yang dirilis oleh University of Michigan berada pada level 71,6 pada Juli, tertinggi sejak Oktober 2021, turun tipis dari perhitungan awal (Preliminary) 72,6 namun naik dari 64,4 pada Juni.

“Rilis sejumlah data ekonomi AS belakangan ini telah membuat prospek soft-landing di mana inflasi turun dan resesi terhindarkan menjadi lebih realistik,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.

Sementara itu dari regional, Pemerintah Tiongkok hari ini melalui Dewan Negara (State Council) ternyata mengeluarkan sejumlah langkah untuk mengembalikan dan memperkuat konsumsi pada sektor otomotif, real estate dan jasa (Services), meskipun jauh dari belanja fiskal berskala masif seperti yang diharapkan oleh pelaku pasar.

State Council merilis rencana yang terdiri dari 20 poin, mencakup dukungan bagi permintaan perumahan, sektor budaya dan pariwisata serta ekonomi hijau, terutama untuk kendaraan listrik atau Electric Vehicles (EV).

Adapun Badan Perencanaan Ekonomi Utama (National Development and Reform Commission/NDRC), merilis dokumen komprehensif pada Senin (31/7/2023) yang berfokus pada seputar penghapusan pembatasan konsumsi pemerintah, seperti batas pembelian mobil, pembangunan infrastruktur, dan mengadakan acara-acara promosi seperti festival makanan. 

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG kembali ditutup menguat 0,45% ke 6.931 dan disertai dengan adanya peningkatan volume pembelian.

“Namun, selama IHSG belum mampu break resistance di 6.966, maka posisi IHSG saat ini masih berada pada bagian dari wave iv dari wave (a) dari wave [iii], hal tersebut berarti penguatan IHSG akan cenderung terbatas untuk menguji rentang area 6.942 terlebih dahulu,” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (1/8/2023).

Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, ANTM, ASSA, JSMR dan PGAS.

Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan Senin kemarin IHSG menguat 0,45% ke 6.931, dengan investor asing mencatatkan net sell sejumlah Rp63 miliar pada reguler market. 

Dengan saham rekomendasinya ialah ERAA, UNTR, GOTO, INTP, SMRA dan JSMR.

(fad/frg)

No more pages