Bahkan target paling pesimistis ada di US$ 1.889,09/ons.
Dolar Melaju, Emas Lesu
Harga emas akan tertahan akibat penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Dua aset ini memang memiliki hubungan yang berbanding terbalik.
Biasanya harga emas akan turun saat dolar AS menguat. Sebab, emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS.
Ketika dolar AS terapresiasi, maka emas jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas akan turun sehingga harga mengikuti.
Kemarin, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,16% ke 101,861. Dalam sepekan terakhir, indeks ini naik 0,77%.
Pasar berpihak kepada dolar AS akibat ekspektasi suku bunga acuan di Negeri Paman Sam masih bisa naik lagi. Bulan lalu, bank sentral The Federal Reserve/The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 5,25-5,5%.
Dalam rapat September, bukan tidak mungkin Ketua Jerome Powell dan sejawat menempuh kebijakan serupa.
"Baseline perkiraan kami Juli (Federal Funds Rate) akan naik 25 basis poin. September juga akan naik 25 basis poin," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), pekan lalu.
Kenaikan suku bunga juga menjadi sentimen negatif bagi emas. Sebab, emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset) yang kurang menarik dalam iklim suku bunga tinggi.
(aji)