“Di Papua ada hujan es, jadi tanaman masyarakat seperti jagung mati karena ada fenomena kedinginan yang luar biasa. Di Papua tengah terjadi kelaparan, sehingga perubahan iklim harus menjadi perhatian bersama. BNPB dan kementerian lain fokus agar nanti saat puncak El Nino tidak ada masyarakat yang mengalami dampak terlalu berat,” ujarnya.
Dua Langkah Mitigasi
Untuk itu, lanjut Suharyanto, pemerintah menyiapkan dua langkah mitigasi. Pertama, memastikan ketersediaan air khususnya di daerah rawan kekeringan seperti Jawa Barat.
“Langkah mitigasinya adalah memastikan ketersediaan air mumpung sekrang masih bisa karena ada hujan. BMKG dan BRIN menggelar teknologi modifikasi cuaca untuk mengisi danau, embung, dan sumur, serta membuat sumur bor juga sehingga apabila nanti memang betul kekeringan datang lebih dahsyat, air-air tersebut bisa digunakan.”
Kedua, mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebagaimana pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, seperti pada 2015 dan 2019.
Suharyanto menjelaskan beberapa langkah yang disiapkan BNPB adalah mengidentifikasi 6 provinsi prioritas berdasarkan Instruksi Presiden No. 3/2020. Enam provinsi tersebut a.l. Sumatra Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.
“Di provinsi-provinsi tersebut kami gelar apel kesiapsiagaan menangani karhutla, jadi pasukan darat sudah disiagakan kembali mengingat 3 tahun terakhir karhutla relatif kecil. Segala peralatan kami tambah, kemudian apabila operasi nanti, BNPB menyiakan langkah terakhir dengan operasi udara melalui heli water bombing,” tutur Suharyanto.
Dia menambahkan bahwa di enam wilayah prioritas itu sudah terdapat 31 helikopter yang disiapkan untuk menjangkau titik-titik yang tidak terjangkau.
(wdh)