Untuk penjagaan komoditas selain beras, Arief mengatakan pemerintah telah memaksimalkan penggunaan ruang pendingin atau cold storage untuk memasok daging ayam, kerbau, dan sapi sebanyak 700.000 ton.
Namun, masih ada beberapa pekerjaan rumah khususnya bagi komoditas hortikultura seperti kelompok cabai. “Memang extra effort untuk melakukan tanam. Medianya tidak harus di tanah, bisa melalui urban farming,” kata Arief.
Komoditas hortikultura lain seperti bawang putih —yang mayoritas masih diimpor— juga menglami kenaikan harga menjadi US$1.200 dari sebelumnya US$800.
“Ini harus diberikan informasi agar valid, karena Presiden selalu minta agar dihitung ulang. Setiap kepala daerah juga bertanggung jawab dengan pangan di daerahnya masing-masing. Gerakan pangan murah juga terus dilakukan, dengan memindahkan stok di daerah surplus ke daerah defisit,” terang Arief.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab menambahkan El Nino —yang akan membawa musim kering– akan membawa dampak terhadap 669 wilayah di Indonesia.
“Dari 669 zona, saat ini 63% sudah masuk periode musim kemarau dan kami perkirakan puncaknya Agustus—September. Kalau dahulu, kita tahunya akhir tahun itu musim hujan, ini malah musim kemarau. Saat ini musim kemarau diproyeksi lebih kering dari sebelumnya,” jelasnya.
Dia mengelaborasi, beberapa wilayah yang diprediksi mengalami penurunan curah hujan antara lain Sumatra Barat, Riau, Bengkulu, Lampung, hampir seluruh wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
(wdh)