Setengah dari responden menyatakan tidak mau mengeluarkan uang dari kantong sendiri untuk membeli perangkat AI guna mendukung pekerjaan maupun kehidupan personal mereka. Di sisi lain, mayoritas perusahaan belum berencana menggunakan AI untuk trading atau investasi di masa datang.
Hal ini menggarisbawahi tantangan bagi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dalam waktu dekat dari investasi besar mereka pada era ChatGPT OpenAI Inc.
“Saat ini, hype jangka pendek sudah berakhir,” kata Ted Mortonson, ahli strategi bidang teknologi asal Robert W. Baird & Co.
Indeks Nasdaq 100 telah meroket lebih dari 40% posisi sejak awal tahun, dipicu kenaikan Apple Inc. dan Microsoft Corp., efek tingginya minat pada teknologi masa depan.
Nasdaq kini diperdagangkan sekitar 25 kali dari estimasi keuntungannya. Angka ini berada di atas rata-rata 10 tahun terakhir, yakni 21 kali.
Ditambah lagi, para petinggi perusahaan terus membicarakan AI pada musim laporan keuangan, dan amat sedikit yang membicarakan soal resesi.
Namun tidak seperti saat bublle dot-com di tahun 2000-an, hype AI tidak sepenuhnya spekulatif. Hal ini mengingat banyaknya aplikasi praktis yang sudah ada, maupun yang masih pada fase pemula.
Para pelaku industri besar sudah banyak yang menggadang-gadangkan produk AI, dengan harapan akan menarik lebih banyak klien korporat yang menganggap perangkat tersebut akan meningkatkan produktivitas.
Contohnya, layanan Microsoft Copilot yang masuk sebagai fitur Microsoft 365, menggunakan AI generatif untuk mempermudah penulisan email, meringkas dokumen, atau menghitung angka dengan lebih efisien.
Microsoft punya rencana menerapkan biaya langganan US$30/bulan untuk Copilot. Disisi lain Alphabet Inc juga menawarkan fitur yang mirip, yakni dengan mengintegrasikan teknologi AI ke dalam aplikasi Workspace perusahaan, seperti Gmail dan Google Docs.
Alphabet selaku perusahaan induk Google juga sedang menguji coba sebuah perangkat untuk mengelola berita dengan menggunakan AI untuk menulis artikel dan produk AI untuk keperluan periklanan.
Nvidia Corp. adalah contoh sukses menuai untung di tengah keriuhan bidang teknologi karena memproduksi prosesor yang diperlukan untuk menjalankan aplikasi AI. Alhasil, sahamnya meningkat lebih dari 200% sepanjang tahun ini.
Nvidia menjadi produsen chip pertama yang memiliki valuasi pasar sebesar US$1 triliun. 29% responden MLIV Pulse percaya bahwa Nvidia akan menjadi perusahaan terbesar kedua atau keempat di dunia dalam dua tahun ke depan, naik dari posisi enam besar saat ini.
Di sisi pekerjaan, 64% responden tidak percaya bahwa teknologi AI ini akan melakukan peran penting di bidang mereka dalam tiga tahun ke depan.
Menurut para ekonom Goldman Sachs Group Inc. awal tahun 2023 ini, tujuh dari 10 pekerja di Amerika Serikat (AS) akan bersinggungan dengan AI, namun hanya sebagian kecil saja yang posisinya akan digantikan oleh teknologi tersebut. Menurut Goldman hanya posisi seperti admin kantor dan beberapa peran hukum yang paling berisiko digantikan AI.
(bbn)