China Beige Book mengatakan bahwa pesanan untuk ekspor membaik terutama karena meningkatnya permintaan di Asia, sementara pesanan dari AS hampir menyusut dan dari Eropa melambat.
Meski demikian, aktivitas fiskal yang meningkat pada bulan Juli "mengirimkan sinyal bullish kepada investor yang mengharapkan lebih banyak stimulus daripada yang terlihat sejauh ini pada tahun 2023," kata perusahaan itu.
Namun, kondisi moneter yang sebelumnya longgar menjadi ketat bagi dunia usaha, dengan bank-bank yang jauh lebih sering menolak permintaan pinjaman dan setidaknya secara nominal mengenakan tarif yang lebih tinggi.
Data ekonomi awal menunjukkan bahwa pemulihan China kemungkinan akan terus melambat di bulan Juli. Pertumbuhan sudah melemah pada kuartal kedua dengan kemerosotan pasar properti, penurunan ekspor, dan penjualan ritel yang lesu mendorong ekonomi ke ambang deflasi.
Negara ini telah menerapkan banyak kebijakan baru selama beberapa minggu terakhir untuk membalikkan keadaan ekonomi mereka, seperti rencana untuk meningkatkan konsumsi dan mengembangkan kerja sama yang difokuskan untuk membantu perusahaan kecil mendapatkan akses modal.
"Ekonomi masih berjalan dengan susah payah dan, jika stimulus akan digerakkan untuk menyelamatkan pasar, itu harus dilakukan pada bulan Agustus,” kata China Beige Book.
(bbn)