Secara teknikal nilai rupiah juga memperlihatkan potensi penguatan. Dengan penguatan terbatas di antara area Rp15.074 - Rp15.041/US$. Indikator MA-100 menjadi resistance kuat rupiah untuk penguatan selanjutnya pada level Rp15.009/US$. Sedangkan, trendline garis putih menjadi support.
Selama nilai rupiah masih di bawah Rp15.100/US$ juga dengan indikator MA-200 nya maka rupiah masih ada potensi melanjutkan penguatan, apabila terjadi pelemahan lanjutan hingga ke atas Rp15.135/US$ maka nilai rupiah berpotensi melemah hingga menuju Rp15.224/US$.
Tujuh instrumen
Nilai tukar rupiah memang belum akan sepenuhnya kalis dari tekanan eksternal dengan masih adanya ketidakpastian eksternal terkait gelombang hawkish baik dari Eropa, Amerika bahkan Jepang. Akan tetapi, pemerintah dan bank sentral sudah memasang kuda-kuda dalam mengantisipasi tekanan ke depan dengan memperbanyak sokongan bagi rupiah.
Kebijakan repatriasi devisa hasil ekspor yang akan diberlakukan mulai 1 Agustus dinilai akan cukup memberikan kepercayaan diri bagi nilai tukar rupiah. Bank Indonesia menyediakan tujuh instrumen untuk menampang valuta asing dari para eksportir yang diwajibkan parkir minimal selama 3 bulan sebesar 30% dari nilai transaksi ekspor.
Tujuh instrumen itu di antaranya adalah rekening khusus devisa hasil ekspor sumber daya alam, lalu term deposit valas DHE SDA, deposito valas bank, kemudian promissory notes Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
Penempatan deposito valas bisa dimanfaatkan menjadi agunan kredit rupiah juga menjadi alat swap valas nasabah bank. Bunga yang ditawarkan term deposit valas sekitar 5,51% untuk tenor 3 bulan. "Itu akan membantu ketersediaan valas di perbankan dalam negeri," kata analis.
-- dengan analisis teknikal dari M. Julian Fadli.
(rui)