PCE inti, ukuran inflasi yang disukai The Fed, berada di 4,1% yoy, melandai dari sebelumnya 4,6% yoy pada Mei, merupakan angka inflasi PCE terendah sejak September 2021.
Senada dengan tren positif yang terjadi, data Belanja Konsumen (Personal Spending) AS naik menjadi 0,5% mtm pada Juni, lebih tinggi dari ekspektasi pasar 0,4% mtm dan jauh lebih optimis dari kenaikan 0,2% pada Mei.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, Produk Domestik Bruto (PDB) AS tercatat ekspansi 2,4% qoq pada kuartal II-2023, lebih tinggi dari pertumbuhan 2,0% qoq pada kuartal I-2023 dan jauh di atas ekspektasi pasar yang tumbuh 1,8% qoq.
Pertumbuhan pada Belanja Konsumen dan Investasi pada Aset tetap Non-Residensial menjadi mesin pendorong pertumbuhan. Data PDB ini menambah bukti bahwa risiko resesi semakin kecil dalam jangka menengah.
Pada pasar perumahan, jumlah kontrak penjualan rumah yang tertunda (Pending Home Sales) naik tipis 0,3% mtm pada Juni, berlawanan dengan ekspektasi pasar yang turun 0,5% mtm.
“Ini adalah kenaikan Pending Home Sales pertama setelah turun selama tiga bulan beruntun dan memberi indikasi pasar perumahan berusaha untuk pulih dari titik terendahnya yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga acuan secara agresif oleh Federal Reserve,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.
Sementara itu dari regional, Bank Sentral Jepang atau Bank Of Japan (BOJ) mempertahankan kebijakan suku bunga acuannya, namun merubah kebijakan pengendalian kurva imbal hasil atau Yield Curve Control (YCC) menjadi lebih fleksibel, menggarisbawahi kekhawatiran yang semakin besar mengenai efek samping dari kebijakan moneter super longgar yang berkepanjangan.
BOJ mempertahankan suku bunga jangka pendek di level yang sangat rendah, -0,1% dan imbal hasil (Yield) surat utang Pemerintah Jepang bertenor 10 tahun di sekitar 0%.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup menguat 0,05% ke 6.900 pada perdagangan akhir pekan Jumat (28/7/2023) kemarin dan disertai oleh volume pembelian.
“Selama IHSG belum mampu break resistance di 6.966, maka posisi IHSG saat ini masih berada pada bagian dari wave iv dari wave (a) dari wave [iii], hal tersebut berarti penguatan IHSG akan cenderung terbatas untuk menguji rentang area 6.911-6.942 terlebih dahulu,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (31/7/2023).
Herditya juga memberikan catatan, IHSG rawan terkoreksi kembali ke 6.798-6.834.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, ACES, ESSA, HRUM dan SLIS.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan Jumat pekan kemarin IHSG menguat 0,05% ke 6.900. Di sisi lain, investor asing mencatatkan net sell sejumlah Rp795 miliar pada reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak dalam tren sideways pada hari ini, dengan support 6.880–6.850 dan resistance 6.950–6.980. Dengan saham rekomendasinya ialah BBRI, BSDE, INDF, MEDC, PWON dan SMGR.
(fad/frg)