Logo Bloomberg Technoz

Isabel Reynolds - Bloomberg News

Bloomberg,  Jepang menyatakan kekhawatiran serius dalam laporan pertahanan tahunannya, terkait latihan militer bersama antara China dan Rusia. Negara Asia Timur itu mengatakan latihan militer oleh kedua negara tersebut merupakan provokasi, dan jelas dilakukan dengan sengaja.

Pernyataan tersebut disampaikan melalui laporan pertahanan atau yang disebut sebagai Buku Putih Pertahanan (Defense White Paper) yang disetujui oleh pemerintah pada Jumat (28/7/2023).

China dan Rusia telah melakukan enam kali latihan militer gabungan tahun lalu. Jumlah ini yang paling banyak selama dua dekade terakhir dan merupakan dua pertiga dari semua latihan bersama China.

Jepang memiliki sengketa teritorial dengan kedua negara, dan hubungannya dengan Rusia semakin memburuk sejak Vladimir Putin melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina tahun lalu. Jepang pun melanggar tradisi pasifisnya dengan memberikan bantuan militer yang tidak mematikan kepada Kyiv.

Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan kekhawatiran khusus dalam laporan terkait patroli gabungan China dan Rusia saat Jepang menjadi tuan rumah pertemuan puncak para pemimpin sesama anggota kelompok Quad, Amerika Serikat (AS), Australia, dan India pada Mei 2022. Kementerian juga merujuk pada "satu eskalasi sepihak" terkait aktivitas militer China di sekitar Jepang.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan pada jumpa pers reguler di Beijing bahwa pemerintahnya mengajukan keluhan diplomatik kepada Jepang atas laporan buku putih tersebut.

Mao Ning mengatakan dokumen itu menggangu urusan dalam negeri China. Dia menambahkan, "dokumen itu sengaja meningkatkan narasi ancaman China dan menciptakan ketegangan di kawasan."

Sementara Rusia dan China telah meningkatkan kerja sama militer, Jepang juga berusaha untuk memperdalam hubungan pertahanannya dengan berbagai mitra di luar sekutu perjanjian resminya, AS.

Jepang juga berusaha memperdalam hubungan dengan Korea Selatan, yang menjadi lebih positif di bawah kepemimpinan Presiden Yoon Suk Yeol, dengan mendukung kebijakan hawkish terhadap China dan Korea Utara.

Perdana Menteri Fumio Kishida pekan ini menghadiri KTT NATO untuk tahun kedua berturut-turut, menyepakati rencana untuk memperdalam kerja sama dengan blok tersebut.

China telah memperingatkan NATO agar tidak memperluas jangkauan geopolitiknya, dan mengatakan Jepang harus "berhati-hati dalam masalah militer dan keamanan."

Ilustrasi tentara China. (dok: Bloomberg)

Laporan pertahanan itu merupakan yang pertama dari jenisnya yang diterbitkan sejak Jepang mengadopsi dokumen kebijakan pertahanan baru pada tahun lalu, dan menyusun rencana untuk meningkatkan pengeluaran di bidang militer sekitar 60% dalam lima tahun.

Laporan juga diterbitkan ketika China dan Rusia mengirim delegasi ke Korea Utara untuk merayakan peringatan 70 tahun berakhirnya Perang Korea. Ketiga negara tersebut dianggap Jepang dan sekutunya sebagai ancaman keamanan terbesar bagi kawasan.

-Dengan asistensi dari Martin Ritchie.

(bbn)

No more pages