Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, The Fed memberi sinyal bahwa kenaikan suku bunga di periode-periode mendatang akan bergantung pada dampak dari kenaikan suku bunga sebelumnya pada ekonomi serta perkembangan finansial.
Dengan kata lain, The Fed masih membuka pintu yang lebar untuk kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut, apalagi dengan tingkat inflasi yang menurut pemangku kebijakan The Fed masih tinggi.
“Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, dalam jumpa pers mengatakan, membutuhkan waktu hingga 2025 bagi inflasi untuk mencapai target inflasi 2%. Namun Powell mengatakan tim ahli Federal Reserve tidak lagi meramalkan resesi akan terjadi tahun ini,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) menaikkan suku bunga acuan sesuai ekspektasi. Keputusan ECB dinilai investor sebagai sinyal akhir dari siklus pengetatan moneter mereka, meski ada opsi opsi kenaikan pada pertemuan berikutnya.
Kenaikan kesembilan berturut-turut sejak Juli membawa suku bunga deposito menjadi 3,75% ke level tertinggi lebih dari 22 tahun. Hal ini membawa tingkat operasi refinancing utama menjadi 4,25%, tertinggi sejak Oktober 2008.
ECB tengah menghadapi tantangan dan masalah laju inflasi yang sangat lambat sehingga membutuhkan waktu hingga 2025 untuk kembali turun ke target 2%.
Selain itu, pasar tenaga kerja juga masih terlalu ketat, dengan tingkat pengangguran yang berada di rekor terendah dapat memperbesar risiko upah akan naik dengan cepat pada tahun-tahun mendatang, terutama karena serikat pekerja dengan daya tawar (Bargaining Power) yang lebih tinggi akan berusaha merebut kembali upah riil yang hilang oleh inflasi.
Sementara itu, Bank of Japan (BOJ) pada hari ini akan mengumumkan keputusan suku bunga acuannya, dengan perkiraan kebijakan moneter yang super longgar akan terus dipertahankan.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat jumlah uang beredar pada Juni 2023 sejumlah Rp8.372,6 triliun. Pencapaian tersebut naik 6,1% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan uang beredar terutama didorong oleh pertumbuhan uang kuasi sebesar 9,1% yoy. Juga dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 7,7% yoy, setelah tumbuh 9,5% yoy pada bulan sebelumnya sejalan dengan penyaluran kredit produktif.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup terkoreksi 0,74% ke 6.896 disertai dengan munculnya volume penjualan.
“Posisi IHSG saat ini diperkirakan sedang berada di awal wave iv dari wave (a) dari wave [iii], hal tersebut berarti akan membawa IHSG ke rentang 6.794-6.884 sebagai area koreksinya,” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (28/7/2023).
Herditya juga memberikan catatan, pada skenario terbaiknya, koreksi dari IHSG hanya akan menuju ke 6.884 dan kembali menguat ke rentang area 6,989-7,013.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, ARTO, CPIN, DOID dan TKIM.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan Kamis kemarin IHSG melemah 0,74% ke 6.896, dengan investor asing mencatatkan net sell sejumlah Rp615 miliar pada reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak dalam tren sideways pada hari ini, dengan support 6.830–6.750 dan resistance 6.950–6.980. Dengan saham rekomendasinya ialah CTRA, EXCL, MAPI, ACES, MTEL dan AMMN.
(fad/evs)