Nilai tukar rupiah juga akan mendapat penguatan dari sentimen positif kebijakan repatriasi devisa hasil ekspor yang diprediksi oleh pemerintah dapat menambah cadangan devisa menjadi US$300 miliar setahun ke depan.
Imbal hasil global bond tenor 2 tahun saat ini mencapai selisih tersempit dengan US Treasury tenor yang sama, yaitu di bawah 100 bps. Itu adalah rekor terendah setidaknya sejak data terekam sejak 2003. Akan tetapi, pemodal asing nyatanya tidak menurunkan animo pembelian surat berharga RI menyusul inflasi yang sudah teredam dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil.
Posisi kepemilikan asing di SBN terus merangkak naik dalam 10 hari berturut-turut sejak 12 Juli sampai data terakhir 26 Juli di posisi Rp856,59 triliun. Itu adalah posisi tertinggi selama setahun terakhir. "Kondisi fundamental APBN serta keseimbangan penawaran dan permintaan obligasi mengindikasikan bullish market," tulis analis Samuel Sekuritas Lionel Prayadi dalam catatan yang dikutip, Jumat (28/7/2023).
"Faktor fundamental masih menjadi penarik positif bagi obligasi negara Indonesia," kata Edwin Gutierrez, Head of Emerging Market Soverign Debt abdrn Plc, seperti dilansir oleh Bloomberg News, Jumat pagi. Tekanan harga di Indonesia sudah melandai dengan transaksi berjalan masih terjaga surplus ditambah pertumbuhan ekonomi yang memperlihatkan percepatan di kuartal II-2023, imbuhnya.
Di sisi lain untuk menetralisir tekanan bagi rupiah akibat penyempitan imbal hasil, Bank Indonesia jauh percaya diri dengan sokongan kebijakan baru repatriasi devisa hasil ekspor yang berlaku efektif 1 Agustus nanti, alih-alih reaktif mengerek bunga acuan sekadar agar selisih yield terjaga kompetitif.
"Bank Indonesia telah eksplisit dalam strateginya memanfaatkan cadangan devisa ketimbang bunga acuan untuk mempertahankan nilai tukar rupiah dan mereka memiliki amunisi yang cukup untuk melakukannya. Ini mengirimkan pesan [pada pasar] 'jangan melawan bank sentral' yang jelas yang sebaiknya diperhatikan oleh pedagang valas," kata Satria Sambijantoro, ekonom Bahana Sekuritas.
Di pasar derivatif nondeliverable forward untuk 1 bulan ke depan, pasangan USD/IDR ditutup menguat ke posisi Rp15.062 pada Kamis lalu dan pagi ini memperlihatkan pelemahan ke Rp15.054/US$. Demikian juga untuk NDF USD/IDR 1 pekan yang melemah 1 bps pagi ini. Sementara indeks dolar AS melemah lagi ke 101,684 setelah dalam penutupan perdagangan tadi malam ditutup menguat ke 101,773.
Pagi ini, pemerintah bersama Bank Indonesia akan menggelar konferensi pers tentang kebijakan Devisa Hasil Ekspor pada pukul 09.30. Konferensi pers akan dihadiri oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar.
-- dengan analisis teknikal M. Julian Fadli.
(rui)