Diplomat top Rusia yang membantu kebijakan luar negeri Putin, Yuri Ushakov di sisi lain menyoroti jumlah partisipasi para pejabat tingkat rendah yang mewakili 49 negara,
“Putin meniru Uni Soviet tetapi Rusia-nya Putin bukanlah Uni Soviet, ia tidak memiliki soft power atau uang untuk membeli kesetiaan,” kata Andrei Kolesnikov dari Carnegie Endowment for International Peace. "Teman-teman barunya di Afrika tidak terbukti bisa diandalkan."
Runtuhnya kesepakatan biji-bijian mengancam memperburuk masalah keamanan pangan di Afrika, di mana hampir setengah negara mengimpor lebih dari sepertiga gandum mereka dari Ukraina dan Rusia, demikian menurut International Centre for Migration Policy Development.
Rusia telah berulang kali mengancam akan keluar dari perjanjian tersebut atas klaim bahwa komitmen untuk memfasilitasi ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia tidak terpenuhi. Terlepas dari ancaman itu, volume rekor pengiriman ekspor gandum dan pupuk Rusia pulih ke tingkat sebelum perang.
Presiden Mesir,Abdel-Fattah El-Sisi, yang menghadiri KTT tersebut, mengkritik penarikan Rusia dari kesepakatan itu. Adapun seorang pejabat tinggi Kenya menyebut keputusan Putin sebagai "tikaman dari belakang" untuk negara-negara Afrika yang dilanda kekeringan yang dilanda kenaikan harga pangan.
“Kami memahami pentingnya pasokan makanan tak terganggu untuk pembangunan sosial-ekonomi dan stabilitas politik negara-negara Afrika,” kata Putin dalam sebuah artikel di situs web Kremlin. Kremlin mengatakan Putin merencanakan pembicaraan bilateral dengan semua kepala negara Afrika yang berpartisipasi dalam KTT tersebut.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, yang akan bertemu dengan Putin pada Sabtu, sebelumnya juga menyoroti masalah ini dalam pembicaraan dengan rekan-rekannya dari Rusia dan Ukraina.
Ramaphosa menyebut KTT itu sebagai kesempatan untuk "mendorong kerja sama yang saling menguntungkan" antara Rusia dan Afrika.
--Dengan asistensi Julius Domoney, Mike Cohen, Paul Richardson, dan S'thembile Cele.
(bbn)