Eko Listiyorini - Bloomberg News
Bloomberg, Indonesia menghadapi musim kemarau paling parah sejak 2019, dipicu cuaca buruk karena El Nino. Sejumlah petani pun mengganti menanam jagung dan tanaman lain yang membutuhkan lebih sedikit air.
Para petani di Subang, Jawa Barat, sebagai salah satu daerah penghasil beras terbesar di Indonesia, telah beralih dari menanam biji-bijian menjadi menanam kubis, cabai, dan semangka. Yadi Sofyan Noor, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengatakan perubahan ini dilakukan untuk mengantisipasi kekeringan.
Langkah yang dilakukan oleh para petani padi menunjukkan bagaimana El Nino dapat memperburuk kekuarangan beras di Asia. Harga beras di wilayah tersebut telah melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun setelah India membatasi ekspor untuk mengamankan pasokan lokal. Kenaikan biaya menambah tekanan inflasi dan meningkatkan tagihan impor untuk para pembeli seperti Indonesia.

BMKG telah memepringatkan Indonesia akan dilanda musim kemarau yang paling parah sejak 2019, dengan intensitas hujan sangat rendah sekitar 20 milimeter per bulan di sejumlah daerah pada paruh kedua tahun ini. Sementara untuk menanam padi, dibutuhkan lokasi di mana curah hujan bulanan sebanyak 200 milimeter. Sedangkan jagung hanya membutuhkan 85 milimeter.
Indonesia sedang mengupayakan swasembada beras, dan penurunan produksi yang signifikan dapat mengancam tujuan tersebut. Tahun ini, negara mengizinkan Bulog untuk mengimpor 2 juta ton beras, naik dari tahun sebelumnya sebanyak 500.000 ton. Pemerintah menilai penambahan impor perlu dilakukan untuk menjaga harga pangan, terutama menjelang Pemilu 2024.
Di luar Indonesia, cuaca panas dan kering juga berdampak pada penanaman padi di Thailand dan Vietnam. Sementara pembatasan ekspor yang dilakukan oleh India dipicu oleh kekhawatiran inflasi domestik dan curah hujan yang tidak merata.
Akan tetapi, pemerintah Indonesia mengatakan pekan ini bahwa negara tetap yakin produksi dapat mencapai target, dan akan memiliki cadangan beras yang cukup. Bulog telah menimbun 740.000 ton beras, dan akan membeli tambahan volume dari petani lokal untuk meningkatkan persediaan menjadi 1,2 juta ton pada akhir tahun.
Sementara itu, sekitar 800.000 ton beras impor telah tiba di Indonesia. Awaludin Iqbal, sekretaris Bulog mengatakan via SMS bahwa pembelian selanjutnya sebanyak 300.000 ton akan menyusul. Sebagian besar kargo berasal dari Thailand dan Vietnam.
(bbn)