Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga gandum anjlok pada perdagangan kemarin. Koreksi ini terjadi setelah harga naik tinggi dalam 2 hari sebelumnya.
Pada Rabu (26/7/2023), harga gandum di Chicago Mercantile Exchange (CME) ditutup di US$ 720/gantang. Turun 5,29% dibandingkan penutupan hari sebelumnya dan menjadi koreksi harian terdalam sejak 2 November tahun lalu.
Pada awal pekan, harga gandum melonjak 8,6% dan sehari setelahnya naik 0,36%. Artinya, harga komoditas ini naik nyaris 9%.
Kenaikan harga gandum mereda akibat perkembangan terbaru perang di Ukraina. Sebelumnya, Rusia menyerang pelabuhan di wilayah Laut Hitam untuk memblokade ekspor biji-bijian Ukraina.
Langkah Rusia ini mengundang respons dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). NATO menegaskan akan meningkatkan pengawasan di Laut Hitam untuk meredakan tensi di sana.
Selain itu, harga gandum juga tertekan akibat panen di Amerika Serikat (AS) yang lebih baik dari perkiraan. Kementerian Pertanian AS melaporkan, rata-rata luas panen adalah 50,5 gantang per hektar. Lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yaitu 47 gantang per hektar.
Ke depan, harga gandum sepertinya akan semakin turun. Secara teknikal, risiko koreksi terlihat dengan jelas.
Target koreksi terdekat adalah US$ 718,25/gantang. Jika tertembus, maka bisa turun lagi menuju US$ 660,75/gantang.
Skenario paling pesimistis, harga bisa turun ke US$ 655,75/gantang.

(aji)